Sabtu, 14 Agustus 2010

Alergi Obat


1.  Batasan
Respons abnormal seseorang terhadap obat atau bahan metabolitnya melalui reaksi imunologik (reaksi hipersensitivitas), yang terjadi selama atau setelah pemakaian obat.

2.  Etiologi
Jenis obat penyebab alergi sangat bervariasi dan berbeda menurut waktu serta tempat dan jenis penelitian yang dilaporkan.
Obat-obatan yang sering terlibat dalam reaksi alergi yaitu:
 - Aspirin dan antiinflamasi non steroid lainnya, antibiotik golongan β- laktam, sulfonamid, Antituberkulosis, nitrofurantoin, anti malaria, griseofulvin, anti konvulsan,         Anestesia umum, enzim (kimopapain, asparaginase, streptokinase), neuroleptik,  Hidralazin, metildopa, kuinidin, prokainamid, media radio kontras, anti sera dan vaksin,  alopurinol, penisilamin, antitiroid, fenolftalein,
 -  Kelompok antibiotik yang mengandung β- laktam:
   Penisilin
   Penisilin G
   Penisilin V
   Metisilin
   Oksasilin
   Nafsilin
  Ampisilin
  Amoksisilin
  Karbenisilin
  Tikarsilin
  Kloksasilin



Patogenesis
     Reaksi hipersensitivitas tipe I s/d IV

Manifestasi Klinis
·         Manifestasi klinis sangat bervariasi dapat ringan sampai berat, tidak spesifik untuk obat-obat tertentu dan berbeda pada seseorang dengan orang lain
·         Erupsi kulit merupakan gejala yang tersering: pruritus, urtikaria, purpura, dermatitis kontak, eritema multiformis, eritema nodosum, erupsi obat fixtum, reaksi fotosensitif , atau gejala lebih berat: dermatitis eksfoliatif dan erupsi vesikobulosa seperti sindroma Steven Johnson
·         Reaksi anafilaksis
·         Demam
·        Gejala penyakit “serum sickness”: demam, arthralgia, mialgia, neuritis, efusi sendi, urtikaria, erupsi makulopapular, edema (biasanya timbul 1 – 3 minggu setelah terpajan, gejala menghilang dalam beberapa hari sampai minggu)
·     Gejala sistemik: demam, LES medikamentosa, vaskulitis --> dapat lebih berat disertai limfadenopati, sesak nafas, edema angioneurotik sampai kadang-kadang nefritis dan karditis. Dapat terjadi kelainan hematologik, kelainan organ seperti: hati, paru, ginjal, jantung.

Kriteria Diagnosis
·         Apabila reaksi hanya terjadi pada sebagian kecil dari mereka yang mendapat obat
·         Adanya periode laten antara pemberian obat dan timbulnya gejala klinis (umumnya 7 – 10 hari) setelah obat diberikan. Pada penderita yang telah tersensitasi sebelumnya, reaksi akan timbul lebih cepat dan berat.
·         Manifestasi klinis dapat terjadi walaupun dengan pemberian obat dalam dosis rendah, dan bila pernah terjadi, reaksi semacam akan terulang bila diberi obat yang sama. Manifestasi yang terjadi tidak sama dengan efek farmakologik obat yang diberikan.
Sistemik
Drug fever
Anafilaksis

Serum sickness syndrome

Drug induced lupus syndrome
Manifestasi pada paru: Drug induced astma
Manifestasi hematologik : Drug induced hemolytic anemia, trombositopenia, granulositopenia, eosinofilia
Manifestasi pada hepar : kolestasis intrahepatik dan nekrosis sel hepar
Manifestasi jaringan kolagen, vaskular
Nefropati : glomerulonefritia dan nefritis interstitial
Manifestasi neurologik
             Kulit
Gambaran yang eritematosus
Urtikaria dan/angioedema
Dermatitis kontak

Fixed drug eruption

Eritema multiforme
Sindroma Steven – Johnson (eritema multiforme mayor)

Toxic epidermal necrolysis

Kelainan fotodermatitis
·         Gejala klinis biasanya berkurang dalam  3 – 5 hari setelah obat dihentikan
·         Adanya antibodi atau limfosit T yang berhubungan dengan obat atau metabolitnya,

DIAGNOSIS BANDING
     Infeksi virus (eksantem subictum/roseola infantum)
     Reaksi anafilaktoid
     Lupus eritematosus sistemik oleh sebab lain
     Dermatitis atopik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
     Pemeriksaan darah
     Uji Coomb untuk penderita anemia
     Antibodi IgE total serum
     Antibodi IgE spesifik dalam RAST (radioallergosorbent test)
     Antibodi IgM dan IgE spesifik
     Antibodi Antinuklear (ANA) pada SLE yang diduga diinduksi oleh obat-obatan
     Uji kulit
     Uji tusuk (Prick test/Scratch test)
     Uji tempel (Patch test)
     Uji provokasi

Penyulit
     Kolaps kardiovaskular: hipotensi, syok dan koma
     Obstruksi saluran pernapasan
     Kerusakan hepar irreversibel
     Kelainan ginjal
     Kelainan saraf pusat dan perifer
     Infeksi pada kelainan kulit yang luas dan berat


Terapi
·         Penghentian Obat
    Jika mungkin semua obat dihentikan kecuali obat yang memang perlu dan tidak dicurigai sebagai penyebab alergi. Jika obat harus tetap diberikan, sedangkan reaksi alerginya berat, maka obat yang dicurigai diganti dengan obat alternatif lain yang berasal dari golongan yang berbeda. Bila obat tersebut sangat penting dan alternatif tidak ada dapat diberikan obat dari golongan yang sama dengan struktur kimia yang berbeda.
·         Simtomatik
     Manifestasi klinis ringan umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus.
     Untuk pruritus dan urtikaria --> antihistamin
     Untuk dermatitis kontak --> kortikosteroid topikal
     Jika kelainan cukup berat --> adrenalin
     Kortikosteroid harus diberikan pada reaksi sistemik yang berat
·        Suportif
    Pengobatan suportif diperlukan untuk menjaga kebutuhan nutrisi, cairan  dan elektrolit
·        Desensitisasi
    Oral dan parenteral


Pencegahan
    Anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat sebelumnya penting, terutama bila mempunyai riwayat atopi. Perlu dibuat surat keterangan tentang alergi obat tertentu.
    Pemakaian obat hendaknya dengan indikasi yang kuat, hindarkan obat yang dikenal sering menimbulkan alergi.
    Cara pembuatan obat harus diperbaiki dengan mengurangi dan menghilangkan bahan yang potensial dapat menjadi penyebab alergi.

     Uji kulit
     Jika alergi terhadap obat tertentu, maka harus dipertimbangkan pemberian obat lain yang tidak memberikan reaksi silang dengan obat yang dicurigai. Jika obat sangat diperlukan sedangkan obat alternatif tidak ada, dapat dilakukan desensitisasi.

Prognosis
    Dengan penatalaksanaan adekuat maka prognosisnya baik, bahkan pada kasus berat angka kematian dilaporkan 1 : 10.000 kejadian, tetapi sindroma Stevens – Johnson dan toxic epidermal necrolysis keterlibatan organ visera mempunyai prognosis yang buruk, dengan angka kematian masing-masing dapat meningkat sampai 5 – 15% dan 30 – 40%.

 Sumber: Standar Penatalaksanaan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar