Sabtu, 14 Agustus 2010

Infeksi HIV dan AIDS pada Anak


1.   Batasan
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV):  adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, yang menyerang sel imun tubuh, sehingga terjadi gangguan system imun tubuh.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang menunjukkan adanya sindrom defisiensi imun selular sebagai akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

2.   Etiologi
HIV yaitu virus yang tergolong dalam keluarga retrovirus sub kelompok lenti virus.
Ada 2 tipe HIV 1 & HIV 2, yang walaupun strukturnya berbeda tetapi gejala klinis yang ditimbulkannya sulit dibedakan. Antibodi yang terbentuk dari kedua virus ini dapat bereaksi silang.

3.   Patogenesis
HIV --> masuk sel melalui molekul CD4 pada permukaan sel seperti sel TCD4 dan sel makrofag --> terjadi penurunan jumlah dan gangguan fungsi sel TCD4 melalui efek sitopatik langsung dan efek sitopatik tidak langsung.
Efek sitopatik langsung:
·         Lisis dan kematian sel TCD4 yang terjadi karena proses repleksi virus dalam sel TCD4
·         Penimbunan DNA virus yang tidak terintegrasi ke genom host
·         Interaksi antara molekul Gp 120 HIV dan molekul CD4 intra sel
·         Hambatan maturasi sel precursor TCD4 di dalam timus sehingga sel tersebut berkembang menjadi matur, sehingga jumlah sel TCD4 perifer menurun
Efek sitopatik tidak langsung:
·         Pembentukan sel sinsitia
·         Apoptosis sel T reaktif
·         Destruksi autoimun yang diinduksi HIV
·         Perubahan produksi sitokin sehingga menginduksi hambatan maturasi sel prekursor TCD4 sehingga jumlah sel TCD4 perifer berkurang

    Cara penularan

Pada bayi dan anak, penularan HIV melalui ibu hamil yang mengidap HIV, dapat juga terjadi intrapartum dan melalui ASI, transfusi darah yang mengandung HIV atau produk darah yang berasal dari donor yang mengandung HIV, jarum suntik yang tercemar HIV dan hubungan seksual dengan pengidap HIV.

Faktor resiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah:
·         Bayi dari ibu dengan pasangan biseksual
·         Bayi dari ibu dengan pasangan berganti-ganti
·         Bayi dari ibu atau pasangannya penyalah guna obat intravena
·         Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah berulang
·         Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril
·         Anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti

4.   Bentuk klinis
Bervariasi sesuai tahapan penyakit:
·         Anak yang lahir dari ibu pengidap HIV
·         Katagori N: asimptomatik
·         Katagori A: simptomatik ringan
·         Katagori B: simptomatik sedang
·         Katagori C: simptomatik berat atau AIDS



5.   Komplikasi
·         Komplikasi pada organ spesifik: Lymphocytic Interstitial pneumonitis (LIP), gangguan susunan saraf pusat, gangguan pertumbuhan dan endokrinologi, gangguan gastrointestinal dan nutrisi, manifestasi hematologis dan keganasan.
·         Infeksi: infeksi bakteri berulang, infeksi mikobakteria, virus, protozoa, jamur dan infeksi pneumonitis karinii.

6.   Prognosis
Penyakit infeksi HIV berakibat fatal, 75% meninggal dalam 3 tahun sejak diagnosis AIDS ditegakkan.

7.   Diagnosis
      Dasar diagnosis
·         Anamnesa adanya faktor resiko tertular HIV
·         Gambaran klinis menunjukkan penurunan kekebalan
·         Adanya antibodi IgG spesifik HIV
      Langkah diagnosis
·          Skrining ibu hamil untuk HIV
·          Memantau bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HIV positif
·          Memantau bayi yang telah dikenal terinfeksi HIV
·          Diagnosis ditegakkan jika ditemukan antibodi HIV dalam serum penderita
·          Pada bayi baru lahir, jika antibodi HIV positif tanpa gejala, harus dilakukan pemeriksaan ulang setiap 3 bulan sampai bayi berumur 15 bulan karena mungkin antibodi HIV diperoleh dari ibu secara pasif selama dalam kandungan.
·          Diagnosis infeksi HIV pada bayi: adanya antibodi spesifik Ig A HIV, menemukan DNA HIV (dengan PCR), antigen P24 HIV pada darah bayi.
·          Pemeriksaan darah tepi: anemia, lekositopenia, limfopenia dan trombositopenia
·          Limfosit CD4 menurun, CD8 meningkat sehingga rasio CD4/CD8 menurun.
·          Fungsi sel T menurun --> respons proliferatif sel T terhadap antigen atau mitogen menurun, adanya anergi.
·     Kadar imunoglobulin meningkat secara poliklonal. Tetapi meskipun terdapat hipergamaglobulinemia, respons antibodi spesifik terhadap antigen baru, seperti respons terhadap vaksinasi difteri, tetanus dan hepatitis B menurun.

Indikasi rawat

Penderita HIV atau AIDS dengan infeksi berat dan keganasan untuk mengatasi infeksi atau gejala simptomatis lain seperti nyeri. Juga mengatasi gangguan nutrisi.

8.   Penatalaksanaan
·         Memperbaiki kondisi penderita untuk mencegah infeksi oportunistik, mengobati infeksi yang terjadi dan mencegah penularan infeksi HIV dari penderita kepada tenaga kesehatan, lingkungan dan teman-temannya.
·         Pada penderita asimptomatik, dijelaskan bahwa penyakitnya dapat menulari orang sekitarnya, dapat dapat berkembang menjadi berat dan jika penderita wanita dijelaskan bahwa jika hamil kemungkinan besar anaknya akan menderita HIV juga.
·         Belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit AIDS. Vaksin untuk pencegahan juga belum ada.
·         Upaya pengelolaan terhadap penderita AIDS:
-          suportif: gizi cukup, hidup sehat, mencegah terjadi infeksi
-          menanggulangi infeksi oportunistik, infeksi lain dan keganasan
-      menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus sekarang dipakai golongan dideoksinukleotid, yaitu azidotimidin (AZT) dapat menghambat anzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV. Dosis AZT: anak 3 bulan-12 tahun:
o   oral : 90-180 mg/m2/kali tiap-tiap 6 jam (max 200 mg)
o   IV   : Kontinu --> IVFD 0,5-1,8 mg/kgBB/jam
      Intermiten --> 10 mg/kgBB/m2/kali tiap 6 jam
-          mengatasi dampak psikososial
-       penyuluhan pada keluarga tetntang penularan HIV, perjalanan penyakitnya dan tindakan apa yang dapat dilakukan secara medis

9.   Tindak lanjut
·         Observasi keadaaan umum penderita, klinis dan laboratories
·         Observasi munculnya komplikasi
     Pencegahan:
·         Menghindari tingkah laku seksual yang menyimpang pada anak remaja
·         Mencegah kehamilan ibu yang sudah terinfeksi HIV
·         Tidak menyuntik anak dengan jarum yang tercemar
·         Selektif terhadap donor darah, mereka yang berperilaku resiko tinggi tertular HIV tidak dijadikan donor.


 Sumber: Standar Penatalaksanaan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar