Tampilkan postingan dengan label Artikel Oftalmologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Oftalmologi. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 September 2012

Katarak Traumatika


Definisi
Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun.Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala sisa dari trauma mata.10

Herpes Zoster Oftalmikus


Latar Belakang
Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang bagian ganglion gasseri  yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit.1

Keratitis


Anatomi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan avaskuler sebagai membran pelindung yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi dan diameternya sekitar 11 – 12 mm (horizontal) dan 10 – 11 mm (vertikal). Indeks refraksi kornea 1.376. Tetapi dalam mengkalibrasi keratometer untuk menghitung kombinasi kekuatan optik lengkung kornea anterior dan posterior digunakan indeks refraksi 1.3375. Kornea asferis, walaupun jari-jari lengkung kornea sering didapatkan sebagai cermin cembung sferosilindris membentuk tengah permukaan anterior kornea, yang disebut kornea gap.1

Toxoplasmosis Okular


Definisi
Toxoplasmosis okular adalah suatu infeksi parasit sistemik disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Toksoplasmosis adalah penyebab korioretinitis paling umum pada manusia dan merupakan 28 % dari kasus uveitis posterior. 1

Sabtu, 03 Juli 2010

Neuritis Optik

N.opticus dapat mengalami demielinisasi yang disertai peradangan papil di retina (neuritis bulbar) atau N. opticus prechiasmatic (neuritis retrobulbar). Neuropati akibat gangguan vaskuler: neuropati iskemia akut. Dapat disebabkan berbagai faktor:
  • Infeksi virus
  • Sklerosis multipel
  • Obat-obatan (tersering etambutol)
  • Keracunan metanol
  • Trauma kepala yang mengenai daerah N.opticus


Gejala yang dikeluhkan:

  • Paling khas adalah nyeri pada penyakit mata tenang dengan visus turun mendadak; terutama saat mata digerakkan. Nyeri timbul akibat tarikan mielin saraf yang mengikuti gerakan bola mata.
  • RAPD positif untuk mata yang sakit.
  • Skotoma sentralis atau diskromatopsia.
  • Keluhan defek lapang pandang altitudial khas untuk neuropati iskemia akut.

Dari pemeriksaan fisik: seluruh segmen anterior sampai lensa normal, kecuali pada papil N.II ditemukan edema dan hiperemis, dan ada perdarahan peripapiler. Untuk tipe retrobulbar, tidak ditemukan kelainan sama sekali.

Terapi dengan metilprednisolon 1 gram/hari selama 3 hari. Jika kena 1 mata: peroral, kena 2 mata: intravena.

Retinopati Hipertensif

Retinopati hipertensif merupakan salah satu systemic hypertensive disease yang telah mengenai target organ. Tanda yang dapat ditemukan:

  • Spasme arteriol pada retina (disebut juga arteriovenous nicking) merupakan tanda paling penting, yaitu terdapat percabangan ekstra.
  • Arteriol mengalami sklerosis
  • Perdarahan superfisial retina
  • Cotton wool spots di antara makula & optic disc
  • Edema optic disc (papiledema)
  • Dapat ditemukan ablasi retina, yang berupa gambaran seperti tirai atau layar pada retina




Cotton wool spots merupakan daerah yang mengalami gangguan perfusi pada retina akibat spasme arteriol atau arteriovenous nicking. Klasifikasi retinopati hipertensif menurut Scheie.



















Retinopati ini biasanya tidak menimbulkan kebutaan, namun sekali terbentuk. sklerosis arteriol pada retina sifatnya permanen. Terapi dengan pengendalian hipertensi sistemik. Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu cepat karena dapat menimbulkan iskemia retina.
Membedakan retinopati hipertensif dari diabetik adalah:

  • Retinopati hipertensif tidak ada mikroaneurisma.
  • Kelainan makula: pada retinopati hipertensif makula menjadi star-shaped, sedangkan pada retinopati diabetik mengalami edem.
  • Kapiler pada retinopati hipertensif menipis, sedangkan retinopati diabetik menebal (beading).

Retinopati Diabetik

Retinopati termasuk salah satu komplikasi mikrovaskuler dari diabetes melitus. Bisa ditemukan sebelum DM-nya sendiri. Retinopati diabetik dapat dibagi diklasifikasikan menjadi tipe proliferatif, nonproliferatif, dan edema makular karena diabetes. Berikut adalah pembagian tipe proliferatif.
  • Tipe nonproliferatif ringan ditandai minimal 1 mikroaneurisma.
  • Tipe nonproliferatif sedang ditandai mikroaneurisma luas, perdarahan intraretinal (flame-shaped hemorrhage), permukaan vena yang tidak rata (venous beading). Dapat ditemukan cotton wool spots.
  • Tipe nonproliferatif berat ditandai dengan adanya cotton wool spots, venous beading, dan abnormalitas mikrovaskuler intraretinal. Yang membedakan berat dan sedang adalah adanya perdarahan intraretina di ke-4 kuadran, venous beading di 2 kuadran, atau abnormalitas mikrovaskuler intraretinal di 1 kuadran. Yang membedakan tipe proliferatif dan nonproliferatif adalah adanya neovaskularisasi pada retina atau adanya perdarahan vitreous.
Tipe proliferatif
Tipe proliferatif dini ditandai terlihatnya pembuluh darah baru pada optic disc atau di retina sekitarnya.

Tipe proliferatif lanjut
Tipe proliferatif lanjut, jika ditemukan satu dari tiga kondisi berikut:
  • Terlihat neovaskuler optic disc, >1/3 diameter optic disc
  • Adanya neovaskuler optic disc yang berkaitan langsung dengan perdarahan vitreous
  • Adanya neovaskuler di retina >½ diameter optic disc dan berkaitan langsung dengan perdarahan vitreous.

Retinopati diabetik tipe nonproliferatif sedang.

  1. Perdarahan flame-shaped
  2. Soft exudate
  3. Cotton wool spots
  4. Mikroaneurisma
    Keluhan pasien (sama antara retinopati hipertensif dan retinopati diabetik) umumnya adalah skotoma sentralis yang didahului buta senja karena gangguan fungsi makula.

    Tindakan untuk pasien retinopati diabetik tergantung dari tipenya.
    • Untuk tipe nonproliferatif berat, ada baiknya terapi diberikan sebelum penyakit berkembang menjadi proliferatif.
    • Untuk edema makular, cukup dimonitor ketat tanpa terapi laser fotokoagulasi; kecuali jika sudah cukup besar. Edema fokal memerlukan terapi laser fokal dan edema difus memerlukan laser grid. Untuk edema makular sering dipakai laser argon.
    • Untuk tipe proliferatif, neovaskularisasi dapat dicegah dengan injeksi triamsinolon atau anti-VEGF (penghambat pembentukan pembuluh darah baru) secara intravitreal (khususnya yang sudah perdarahan intravitreal). Setelah itu, dilakukan fotokoagulasi laser panretinal (PRP). Tindakan ini masih merupakan pilihan utama karena dapat menurunkan angka kebutaan akibat retinopati diabetik sampai dengan 50%. Tindakan lanjutan vitrektomi dapat dilakukan kemudian.

    Pencegahan dilakukan dengan mengendalikan hiperglikemia, hipertensi, dan hiperkolesterolemia (untuk dua kondisi terakhir, jika ada).

    Katarak

    Katarak adalah proses memburamnya lensa mata karena sebab apapun. Katarak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya

    • Katarak senilis (paling banyak, pada lansia)
    • Katarak kongenital (pada bayi atau anak-anak. Akibat rubella kongenital, cytomegalovirus, toksoplasmosis)
    • Katarak traumatik (katarak akibat trauma)
    • Katarak komplikata (katarak akibat penyakit mata lain atau akibat penyakit sistemik lain)
    • Katarak toksik (keracunan steroid)
    • Katarak sekunder (setelah operasi mata lainnya)

    Katarak senilis terdiri atas 6 fase

    • Katarak insipiens (mulai terjadi kekeruhan)
    • Katarak intumesens. Lensa menyerap banyak air pada tahap ini sehingga menjadi lebih besar. Pasien menunjukkan gejala miopisasi.
    • Katarak imatur. Kekeruhan lensa di lokasi tertentu. Shadow test positif pada fase ini.
    • Katarak matur. Lensa sudah keruh seluruhnya. Ukuran lensa kembali normal. Shadow test sudah negatif, visus bisa mencapai 0.
    • Katarak hipermatur. Lensa mengerut dan ukurannya lebih kecil. Korteks mengalami pencairan dan keluar ke bilik mata depan. Shadow test pseudopositif. Dapat disertai glaukoma sekunder.
    • Katarak morgagni. Kapsul lensa tebal, sehingga materi korteks yang sudah mencair tidak bisa keluar dari lensa. Dapat disertai glaukoma sekunder.
    Gejala katarak
    • Penglihatan berkabut dan warna lebih kuning, kadang ber-halo atau glaring (pecah), fotofobia, atau tampak dobel.
    • Penglihatan sempat membaik pada malam hari dan penglihatan dekat membaik (second sight / miopisasi).
    • Tidak ada gangguan lapang pandangan.
    • Pemeriksaan = shadow test positif (fase imatur); penilaian funduskopi / segmen posterior mata sulit dilakukan.
    Operasi
    Operasi baru dilakukan saat lensa sudah keruh seluruhnya (katarak matur). Ada 3 indikasi operasi, yaitu indikasi
    • Medis (gangguan sistemik); 
    • Indikasi optik (gangguan penglihatan); dan 
    • Kosmetik.
    Metode operasi katarak antara lain:
    • Metode klasik = ICCE. Seluruh lensa dibuang.
    • Kelemahan = tidak bisa pasang IOL sehingga pasien jadi afakia.
    • Metode berikutnya = ECCE. Hanya nukleus dan korteks lensa yang dibuang. Bisa dipasang IOL (pseudofakia).
    • Metode terbaru = fakoemulsifikasi. Nukleus dan korteks dihancurkan dan diisap dengan probe, lalu dipasang IOL.
    • Metode untuk anak = disisio lentis (sayatan pada kapsul anterior lensa).

    Komplikasi
    Komplikasi preoperasi katarak antara lain glaukoma sekunder, uveitis, dan dislokasi lensa. Komplikasi postoperasi katarak
    • Afakia (iris tremulans, +10 sampai +13 diopter dengan adisi 3 diopter untuk penglihatan dekat).
    • Pseudofakia (dengan pemasangan IOL).

    Uveitis

    Uveitis merupakan proses inflamasi pada uveal tract (koroid, iris, dan processus ciliaris).


    Uveitis anterior - dapat disebabkan oleh infeksi (sifilis, tuberkulosis, leptospirosis, dll), trauma, katarak, alergi sistemik, dan sebagainya. Ditandai dengan

    • Mata merah: Injeksi perilimbal / siliaris 
    • Nyeri dengan fotofobia 
    • Penglihatan kabur
    Pemeriksaan ditemukan

    • Pupil MIOSIS 
    • Sel dan flare / HIPOPION di bilik mata depan
    • KERATIC PRECIPITATES 
    • Kadang ada SINEKIA POSTERIOR

    Uveitis posterior – sering disebabkan oleh toksoplasmosis dan penyakit-penyakit jaringan ikat atau autoimun (termasuk HIV-AIDS)
    • Mata tenang.
    • Pasien mengeluhkan floaters karena sel-sel granular berada dalam vitreous humour
    • Pemeriksaan ditemukan batas N.II tidak jelas dan vaskulitis retina, kadang ada ablasio retina.Uveitis dapat membaik sendiri dengan pengobatan penyakit yang mendasari. Terapi penunjangnya adalah kortikosteroid, baik secara sistemik maupun injeksi periokular.

    Glaukoma Kronik

    Glaukoma sudut terbuka kronik bersifat familial, sering ditemukan pada lansia dan orang kulit hitam. Penyebab glaukoma ini bersifat primer, yaitu proses degeneratif pada trabecular meshwork berupa penebalan; akibat timbunan materi ekstraseluler.
    Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan tiga kriteria utama:
    1. Tekanan intraokular (IOP) meningkat (>21 mmHg, kira-kira sampai 30 mmHg) pada DUA KALI PEMERIKSAAN.
    2. Lapang pandangan menyempit (visual field defect)
    3. Funduskopi cup/disc ratio 0.5 atau lebih.
    Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan tiga kriteria utama:
    1. Tekanan intraokular (IOP) meningkat (>21 mmHg, kira-kira sampai 30 mmHg) pada DUA KALI PEMERIKSAAN.
    2. Lapang pandangan menyempit (visual field defect)
    3. Funduskopi cup/disc ratio 0.5 atau lebih.
    Ciri khas penyempitan lapang pandangan akibat glaukoma adalah adanya skotoma Bjerrum > diikuti nasal step > dan diikuti skotoma Siedel. Penyempitan lapang pandangan tidak disertai penurunan visus. Cup/disc ratio dilihat dengan funduskopi; dihitung dengan membandingkan diameter dasar N.opticus dengan diameter N.opticus yang tampak. Rasio normal adalah 0.4. Ada 2 varian glaukoma sudut terbuka kronik
    1. Glaukoma normotensif (kriteria 2 dan 3 memenuhi tapi 1 tidak), biasa pada wanita tua. Tindakan untuk glaukoma normotensif adalah memberikan terapi hipertensif sistemik dan tindakan trabekulektomi.
    2. Hipertensi okular (kriteria 1 memenuhi tapi 2 dan 3 tidak), biasa pada pria di atas 40 tahun. Hipertensi okular tidak diapa-apakan, kecuali jika berisiko tinggi mengalami glaukoma.
    Terapi glaukoma sudut terbuka bersifat SEUMUR HIDUP, tetapi tujuannya hanya untuk mempertahankan sisa lapang pandangan; BUKAN UNTUK MEMPERBAIKI LAPANG PANDANG. Demikian pula setelah mendapat terapi, lapang pandangan KADANG MASIH PROGRESIF MEMBURUK.


    Tindakan untuk pasien glaukoma sudut terbuka kronik:
    1. Diberikan TETES MATA ANTIGLAUKOMA. Dapat berupa penghambat produksi aqueous humour (timolol 0.25% atau apraklonidin 0.5%) dan/atau pelancar aliran aqueous humour (latanoprost 0.005%).
    2. Operasi TRABEKULEKTOMI, jika dengan tetes mata penyakit masih berjalan progresif. Trabekulektomi dilakukan dengan membuat bleb dari flap sklera menuju ruang subkonjungtiva sebagai penampung sementara cairan aqueous.

    Glaukoma Akut

    Glaukoma dapat terjadi secara primer ataupun sekunder. Glaukoma primer umumnya bilateral sedangkan
    glaukoma sekunder umumnya unilateral dan disebabkan oleh penyakit lain ataupun keracunan. Obat yang sering menyebabkan glaukoma adalah steroid. Glaukoma primer ada 2: sudut terbuka dan tertutup. Keduanya dapat menyebabkan glaukoma akut. Sudut tertutup: aliran aqueous humour terhalang medial iris. Sudut terbuka: insersi tepi iris lebih tinggi dan menyumbat aliran aqueous humour (iris plateau). Glaukoma sudut tertutup primer (primary angle-closure glaucoma) ditandai dengan
    • Tekanan intraokuler (IOP) meningkat (60-80 mmHg).
    • Gejala akut (sakit kepala, nyeri mata, mual, muntah, pandangan ber-halo).
    • Pemeriksaan segmen anterior ditemukan

    1. Paling khas dari gonioskopi: bilik mata depan sangat dangkal 
    2. Kornea edem 
    3. Konjungtiva injeksi siliar 
    4. Iris bombe 
    5. Pupil fixed mid-dilatasi akibat sinekia posterior. Dengan kata lain pupil tetap berdilatasi sewaktu disinari lampu terang.
    Dasar terjadinya glaukoma sudut tertutup akut adalah terhambatnya aliran aqueous humour dari processus ciliaris untuk dikeluarkan di trabecular meshwork (ditunjukkan dengan arah panah pada gambar di bawah
    ini).


    Pemeriksaan yang dianjurkan adalah GONIOSKOPI. Interpretasi gonioskopi
    Pada glaukoma sudut terbuka processus iridis (IP pada gambar), scleral spur (SP pada gambar), garis Schwalbe (SL pada gambar), dan trabecular meshwork (TM – TPB pada gambar) seluruhnya terlihat dengan jelas seperti pada gambar. Jika garis Schwalbe dan trabecular meshwork hanya terlihat sedikit berarti glaukoma termasuk sudut sempit. Jika garis Schwalbe tidak dapat dilihat sama sekali, berarti glaukoma sudut tertutup.
    Gonioskopi sudut terbuka = grade 4
    Gonioskopi sudut tertutup = grade 0
    Glaukoma sudut tertutup akut merupakan keadaan DARURAT OFTALMOLOGI. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
    • Pertama-tama TURUNKAN TEKANAN INTRAOKULER, dengan asetazolamid (iv atau oral) BERSAMA dengan obat topikal (sikloplegik pilokarpin 2-4% 4-6 dd 1 gtt. Dapat diganti latanoprost, apraklonidin, timolol 0.25-0.5%).

    1. Pilokarpin untuk kontraksi siliar dan mengkonstriksi pupil agar tidak terjadi iskemia iris. Sudah jarang dipakai dan banyak digantikan oleh latanoprost. 
    2. Timolol dan apraklonidin mengurangi produksi aqueous humour. 
    3. Steroid topikal kadang dipakai untukmengurangi inflamasi intraokuler sekunder. 
    4. Zat hiperosmolar (manitol, gliserin) kadang dipakai untuk mengurangi volume vitreous.
    • Setelah tekanan intraokuler turun, lakukan operasi IRIDOTOMI PERIFER dengan laser Nd-YAG. Tujuan operasi adalah untuk membuat hubungan permanen antara bilik mata depan dan belakang agar iris bombe terlepas. Tindakan yang juga dapat dilakukan: TRABEKULEKTOMI. Syaratnya belum ada sinekia anterior perifer. Jika gagal lakukan:

    1. ALPI (argon laser peripheral iridoplasty). 
    2. IRIDEKTOMI PERIFER (operasi biasa).
    • Jika unilateral, MATA KONTRALATERAL perlu diberi tindakan IRIDOTOMI PERIFER LASER yang bertujuan PROFILAKSIS.

    Jumat, 02 Juli 2010

    Keratitis

    Konjungtiva ada 2 macam = bulbar dan tarsal (palpebral). Termasuk mata merah tanpa penurunan visus jika tidak mengenai kornea. Jika kena kornea = keratokonjungtivitis; penglihatan bisa turun jika lesi di sentral kornea.

    Gejala utama yang umum ditemukan di semua konjungtivitis (HELEP = hyperemia, epiphora, lymphadenopathy, exudation, and pseudoptosis)

    • Mata merah dengan injeksi konjungtiva (mata merah tidak di perilimbal, melainkan difus)
    • Lakrimasi atau epifora (mata berair)
    • Eksudasi (belekan)
    • Pseudoptosis (mata susah dibuka bukan karena saraf, tapi karena infiltrat pada otot Muller)
    • Limfadenopati preaurikular.

    Klasifikasi konjungtivitis
    1. Konjungtivitis infektif
    a. Konjungtivitis bakterialis
    b. Konjungtivitis gonorea dan oftalmia neonatorum
    c. Konjungtivitis viral nonspesifik
    d. Konjungtivitis herpes simpleks
    e. Konjungtivitis fungal
    f. Konjungtivitis parasitik (loaiasis, askariasis, ftiriasis, taeniasis, skistosomiasis, trikinosis, dan myiasis)
    g. Trakoma

    2. Konjungtivitis noninfektif
    a. Konjungtivitis vernal
    b. Konjungtivitis fliktenularis
    c. Konjungtivitis sicca

    Konjungtivitis bakterial ditandai sekret yang purulen, kadang-kadang hiperakut disertai kemosis (pada gonorea) bisa menyebar sistemik dan jadi sepsis. Penyebab lainnya Haemophilus influenza, Escherichia coli, dan Proteus sp.

    Pemeriksaan penunjang 
    Pewarnaan Gram terhadap sekret konjungtiva.

    Terapi 
    Biasanya self limited. Antibiotik tergantung identifikasi mikrobiologik. Untuk gonorea perlu diobati segera agar infeksi tidak menyebar ke mana-mana dan jangan sampai perforasi kornea; dengan topikal (salep
    antibiotik polimiksin-trimetoprim) + sistemik (seftriakson 1 gram intramuskuler). Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh berbagai macam virus (adenovirus 3-4-7)– sering berkaitan dengan
    demam dan faringitis. Sifatnya self-limited. Konjungtivitis epidemika sering disebabkan adenovirus tipe 8-19-29-37.

    Gejala kurang spesifik 
    Mata bengkak, merah, berair, sakit, dan tidak simetris. Kadang ada pseudomembran. Berkaitan dengan diare viral, faringitis, otitis, dan infeksi lainnya. Terapi hanya simtomatik dengan kompres; karena juga self-limited. Jangan diberi steroid.
    Konjungtivitis viral spesifik herpes disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 (tipe 2 pada bayi). Sakit mata bersifat unilateral dengan injeksi konjungtiva, fotofobia, iritasi; dengan vesikel-vesikel hiperemis pada sekitar mata. Jika dibiarkan dapat menjadi keratokonjungtivitis herpes yang menimbulkan ulkus dendritik kornea. Terapi dengan asiklovir salep 3% 5 kali sehari selama 7-10 hari atau minum asiklovir 5 kali 400 mg selama 1 minggu. TIDAK BOLEH DIBERI STEROID.

    Trakoma
    Disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Infeksi mengenai konjungtiva palpebral dan bulbi.
    Kriteria diagnostik
    1. Ada 5 atau lebih folikel di konjungtiva palpebral.
    2. Scar konjungtiva pada tarsal superior (entropion + trikiasis)
    3. Pannus pada konjungtiva bulbi.
    4. Herbert pit pada folikel daerah limbus.

    Komplikasi
    Entropion + trikiasis, simblefaron, xerosis, infeksi sekunder bakteri. Terapi dengan tetrasiklin atau doksisiklin, atau eritromisin (untuk anak-anak); pada masa infeksi aktif. Konjungtivitis vernal merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I pada konjungtiva, sering ditemukan pada orang muda yang alergi polen. SANGAT GATAL! 

    Ada 2 tipe yaitu palpebral (giant papils / cobblestone) dan limbal (tantras dot). Jika dibiarkan papil bisa membuat shield ulcers kornea. Terapi dengan steroid saja (tidak usah antihistamin!), atau jika gagal diterapi dengan mast cells stabiliser atau siklosporin. Jika ada ulkus, terapi dengan
    graft amnion.
    Konjungtivitis fliktenularis adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap penyakit granulomatosa
    (misalnya cacingan atau TB) atau gizi buruk. Tidak begitu gatal. Tanda: tonjolan bulat kuning pada konjungtiva + pelebaran pembuluh darah. Terapi dengan steroid lokal dan obati juga penyakit yang mendasari.
    Konjungtivitis sicca berkaitan dengan penyakit autoimun (sindrom Sjoergen = trias konjungtivitis sicca,
    artritis, dan xerostomia); sering pada wanita menopause.

    Tanda
    Injeksi konjungtiva, nyeri pada siang dan sore hari; dengan hasil uji Schirmer abnormal. Terapi dengan air
    mata buatan, kamar uap, atau steroid dosis kecil.

    Keratitis

    Keratitis umumnya mengganggu penglihatan jika terletak di sentral. Ada 2 tipe = infektif dan noninfektif. Klasifikasinya rata-rata sama dengan konjungtivitis (lihat di bagian konjungtivitis). Bagaimana membedakan keratitis infektif berdasarkan penyebab?
















    Orang yang berisiko kena keratitis:
    • Ada riwayat trauma.
    • Pemakai lensa kontak (baru pakai tidak tahu caranya; atau sudah lama pakai tapi tidak tahu cara merawatnya).
    • Pakai tetes mata steroid dalam waktu yang lama.
    • Riwayat mata merah dan mata buram hilang timbul.
    • Kadang mata silau, berair, belekan, dan kelilipan

    Tanda yang ditemukan KORNEA KERUH, VISUS TURUN, dan INJEKSI SILIAR dengan palpebra hiperemis. Keratitis noninfektif yang penting yaitu keratitis punctata dan ulkus Mooren.

    Terapi keratitis
    Medikamentosa

    1. Terapi kausal sesuai penyebab
    a. Bakteri: salep sefuroksim-gentamisin atau salep siprofloksasin
    b. Herpes: salep asiklovir 3% tiap 4 jam
    c. Herpes zoster: minum asiklovir 5 kali 800 mg selama 7-10 hari. Ditambah analgesik per oral dan steroid.
    d. Jamur: salep natamisin 5% tiap 1-2 jam
    e. Acanthamoeba: poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0.02%.

    2. Sikloplegik atau midriatikum
    3. Antiglaukoma peroral untuk mencegah komplikasi
    4. Steroid topikal (tapi tidak untuk ulkus!)

    Nonmedikamentosa
    1. Patching pelindung
    2. Debridemen jaringan nekrosis
    3. Terapi laser untuk nekrotomi
    4. Keratoplasti jika kerusakan sudah berat

    Ulkus Mooren
    Ulkus Mooren jarang ditemukan dan termasuk salah satu keratitis ulseratif perifer akibat proses autoimun. Berkaitan dengan hepatitis C. Bentuk ulserasi biasanya seperti bulan sabit di limbus dengan infiltrat kekuningan di pinggirnya. Ada 2 macam tipe:
    1. Tipe limited: unilateral, sering menyerang orang tua (>40 tahun), dan prognosisnya lebih baik.
    2. Tipe resisten: bilateral, sangat nyeri, sering menyerang orang muda, dan prognosis buruk.

    Penatalaksanaannya:
    1. Terapi lokal dengan kortikosteroid topikal diikuti reseksi konjungtiva, dengan siklosporin topikal, atau injeksi heparin subkonjungtiva.
    2. Terapi imunosupresi sistemik (siklofosfamid, azatioprin) baru diberikan jika reseksi gagal atau penyakit termasuk tipe resisten.
    3. Operasi keratoplasti lamelar, epikeratoplasti, atau pembuatan flap.

    Tanda dan gejala penyakit mata

    Tanda dan gejala penyakit mata



    Tanda
    Amaurosis fugax = oklusi arteri retinal sentralis
    Cobblestone appearance = konjungtivitis vernal tipe palpebral
    Entropion = penuaan normal atau trakoma
    Floaters = uveitis posterior dan ablasio retina
    Hifema = trauma bilik mata depan
    Hipopion = uveitis anterior, keratitis berat
    Iris bombe = glaukoma sudut tertutup primer akut
    Iris tremulans = postoperasi katarak dengan afakia
    Leukocoria = katarak matur atau retinoblastoma
    Tantras dot = konjungtivitis vernal tipe limbal
    Tigroid retina = miopia tinggi, disebut juga Fuch’s spots.
    Trikiasis (palpebral cicatrix) = trakoma

    Gejala
    Pada golongan penyakit mata tenang visus turun perlahan, pandangan berkabut menandakan katarak.
    Pada golongan penyakit mata tenang visus turun mendadak pandangan berkabut menandakan ablasi retina atau perdarahan vitreous.

    Metode Pemeriksaan dan Operasi Mata

    Metode Pemeriksaan dan Operasi Mata

    Adaptasi gelap = xeroftalmia atau defisiensi sel batang (rod cells) retina
    Amsler grid = gangguan pada makula (misalnya ARMD, age related macular degeneration) atau N. opticus (neuropati atau neuritis optik).
    Anel test = uji patensi saluran lakrimalis
    Angiografi fluorescein = untuk menilai vaskuler / pembuluh darah retina
    Autorefractometer (autoref) = alat pengukur derajat penyimpangan refraksi secara otomatis
    Cover test = strabismus (deteksi strabismus vertikal dan horizontal).
    Deep lamellar keratoplasty = teknik transplantasi kornea, meliputi seluruh lapisan kornea kecuali endotelium.
    Disisio lentis = metode operasi untuk katarak kongenital.
    DLEK = deep lamellar endothelial keratoplasty.
    Teknik transplantasi kornea dengan sedikit stroma dan lapisan endotel.
    ECCE = extracapsular cataract extraction. Metode operasi katarak yang hanya membuang nukleus dan korteks lensa.
    Eksoftalmometri = eksoftalmos atau tidak (posisi bola mata secara anteroposterior)
    Eversi = (pada palpebra superior) penilaian konjungtiva tarsal superior.
    Fakoemulsifikasi = metode operasi katarakdengan sayatan kecil dan probe untuk
    menghancurkan dan mengisap isi lensa.
    Fluorescein test = penilaian defek epitel kornea
    Gonioskopi = glaukoma sudut tertutup primer (pemeriksaan kedalaman bilik mata depan).
    Hardy-Rand-Rittler pseudoisochromatic plates = uji buta warna di Amerika Serikat
    Hirschberg light reflex = strabismus, memeriksa -tropia (pada mata normal titik cahaya jatuh di
    tengah pupil. Jika titik cahaya jatuh di pupil sebelah lateral = esotropia. Jika titik cahaya terletak di pupil sebelah medial = eksotropia. Dan jika titik jatuh di pupil bawah = hipertropia).
    ICCE = intracapsular cataract extraction. Metode operasi katarak yang membuang seluruh
    lensa.
    Illiterate-E (tumbling-E) chart = uji tajam penglihatan (visus) untuk anak-anak, orang buta huruf, atau orang yang tidak familiar dengan huruf Latin.
    Ishihara pseudoisochromatic plates = uji buta warna
    Keratometer = uji kuantitatif kelengkungan kornea (astigmatisme)
    Konfrontasi (confrontation test) = (dengan jari) uji penglihatan perifer
    Krimsky test = strabismus. Uji lanjutan dari
    Hirschberg light reflex, dengan memfiksasi mata yang normal dengan lensa prisma.
    Lamellar keratoplasty = teknik transplantasi kornea, meliputi epitel sampai stroma.
    LASEK = laser assisted keratectomy. Bedah refraktif dengan laser.
    LASIK = laser assisted insitu keratomileusis. Bedah refraktif dengan laser.
    Maddox rod = strabismus (deteksi strabismus torsional).
    Oblique illumination = glaukoma sudut tertutup
    Penetrating keratoplasty = teknik transplantasi kornea, meliputi seluruh lapisan kornea.
    Perimetri = lapang pandangan, yaitu untuk penyakit yang diperkirakan disertai gejala gangguan lapang pandangan. Misalnya glaukoma sudut terbuka primer dan tumor (jenisnya ada Goldmann / manual dan Octopus / otomatis).
    PRK = Photorefractive Keratectomy. Bedah refraktif.
    Schirmer test = uji lakrimasi (produksi air mata)
    Sensitivitas kontras = uji fungsi pembeda kontras warna oleh retina
    Shadow test = katarak
    Snellen chart = uji tajam penglihatan (visus), sekaligus uji penglihatan sentral
    Tonometri = glaukoma (jenisnya ada Schiotz, Perkins, dan aplanasi).

    Golongan Penyakit Mata

    Golongan Penyakit Mata


    Mata merah visus tidak turun
    Prinsipnya: mengenai struktur yang bervaskuler (konjungtiva atau sklera) yang tidak menghalangi media refraksi.
    Contoh antara lain konjungtivitis murni, trakoma, mata kering, xeroftalmia, pterigium, pinguekula, episkleritis, dan skleritis.

    Mata merah visus turun
    Prinsipnya: mengenai struktur bervaskuler yang mengenai media refraksi (kornea, uvea, atau
    seluruh mata).
    Contoh keratitis, keratokonjungtivitis, uveitis, glaukoma akut, endoftalmitis, dan panoftalmitis


    Mata tenang visus turun mendadak
    Uveitis posterior, perdarahan vitreous, ablasio retina, oklusi arteri atau vena retinal, neuritis
    optik, neuropati optik akut karena obat (misalnya etambutol), migrain, dan tumor otak.

    Mata tenang visus turun perlahan
    Katarak, glaukoma, retinopati penyakit sistemik, retinitis pigmentosa, dan kelainan refraksi.

    Trauma mata
    Trauma fisik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), trauma radiasi (ultraviolet dan infrared).