Kamis, 29 Juli 2010

Mesin Anestesi - Flow Control Circuit

Pengatur Tekanan
Tidak seperti suplai gas pipa yang umumnya bertekanan gas konstan, terdapat variasi tekanan yang besar pada silinder yang membuat kontrol aliran lebih sulit dan berpotensi berbahaya.  Untuk keamanan dan memasikan penggunaan optimal dari gas silinder, mesin menggunakan pengatur tekanan untuk menurunkan tekanan gas silinder ke 45-47psi, sebelum memasuki katup aliran.  Tekanan ini sedikit lebih rendah dari tekanan gas pipa untuk secara otomatis memakai gas pipa jika silinder dibiarkan terbuka (kecuali jika tekanan pipa turun dibawah 45psig).  Setelah melewati Bourdon pressure gauge dan katup searah, gas pipa dan silinder melewati jalur yang sama.  High-pressure relief valve disediakan untuk tiap gas dan akan terbuka jika tekanan gas suplai lebih dari batas aman mesin (95-110psig).  Beberapa mesin (Datex-Ohmeda) juga menggunakan pengatur kedua untuk menurunkan tekanan pipa dan silinder lebih jauh (pengaturan tekanan dua tahap).  Oxygen diturunkan ke 20psig dan nitrous oxide ke 38psig.  Perbedaan penurunan antara kedua gas penting untuk fungsi yang benar dari aliran oxygen/nitrous oxide.  Mesin lain (Draeger) tidak menurunkan tekanan pipa, jadi katup alirannya menerima gas pada 45-55psig.  Pengaturan tekanan dua tahap mungkin dibutuhkan untuk flowmeter oxygen tambahan, mekanisme flush oxygen, atau untuk tenaga pneumatik ventilator.

Oxygen Supply Failure Protection Device
Dimana suplai oxygen dapat langsung menuju flow control valve, nitrous oxide, udara (pada beberapa mesin), dan gas lain harus melewati alat pengaman sebelum mencapai flow control valve masing-masing.  Pada beberapa mesin, seperti Aestiva (dan model Datex-Ohmeda terakhir) udara dapat langsung menuju flow control valvenya; ini memungkinkan pemberian udara ketika oxygen tidak ada.  Alat ini membolehkan aliran gas-gas lain hanya jika terdapat tekanan oxygen yang cukup pada alat pengaman dan mencegah pemberian campuran hipoxik kepada pasien ketika kegagalan oxygen.  Jadi selain mensuplai oxygen ke flow control valvenya, oxygen juga digunakan untuk memberi tekanan pada alat pengaman, katup flush oxygen, dan power outlet untuk ventilator (pada beberapa model). Alat pengaman mendeteksi tekanan oxygen melalui jalur “piloting pressure”.  Pada beberapa desain mesin anestesi (Datex-Ohmeda Excel), jika jalur piloting pressure jatuh dibawah ambang batas (cth, 20psig), katup penutup akan tertutup mencegah pemberian gas apapun. 
Mesin-mesin modern (khususnya Datex-Ohmeda) mempunyai alat pengaman secara proporsional  untuk menggantikan katup penutup model lama.  Alat ini, disebut sebagai oxygen failure protection device (Draeger) atau balance regulator (Datex-Ohmeda), secara proporsional menurunkan tekanan nitrous oxide dan gas lain kecuali udara.  Alat ini hanya menutup total nitrous oxide dan aliran gas lain hanya jika tekanan oxygen dibawah minimum (cth. 0.5psig untuk nitrous oxide dan 10 psig untuk gas lain).






Semua mesin memiliki sensor suplai oxygen tekanan rendah yang mengaktifkan pluit gas atau bunyi alarm ketika tekanan gas inlet jatuh dibawah ambang (biasanya 20-35psig).  Harus ditekankan bahwa alat pengaman ini tidak melindungi terhadap penyebab hipoksia yang lain.

Flow Valves & Meters
Ketika tekanan telah diturunkan ke level aman, setiap gas harus melewati flow-control valve dan diukur dengan flowmeter sebelum bercampur dengan gas lain, lalu memasuki vaporizer dan keluar dari mesin melalui common gas outlet.  Jalur gas yang dekat ke flow valve dipandang sebagai circuit yang bertekanan tinggi dimana yang berada diantara flow valve dan common gas outlet dipandang sebagai bagian circuit bertekanan rendah.  Ketika tombol dari flow-control valve diputar berlawanan jarum jam, sebuah jarum pada valve berpindah dari tempatnya dan membiarkan gas mengalir melalui valve.  Adanya penghentian di posisi full-off dan full-on mencegah kerusakan valve.  Touch- dan color-coded tombol kontrol membuat lebih sulit untuk membuka gas yang salah on atau off.  Sebagai pengaman tambahan, tombol oxygen  biasanya lebih besar dan menonjol keluar dibandingkan tombol yang lain, dan posisinya lebih ke kanan.
Flowmeter pada mesin anestesi diklasifikasikan sebagai constant-pressure variable-orifice atau electronic flowmeter.  Pada constant-pressure variable-orifice flowmeter, sebuah bola indikator, bobbin atau float yang diapungkan oleh aliran gas melalui tabung (Thorpe tube) yang dindingnya (bore) diberi penanda angka.  Dekat bawah tabung, dimana diameternya kecil, gas aliran rendah akan memberikan tekanan yang cukup dibawah float untuk mengangkatnya di dalam tabung.  Ketika float terangkat, diameter tabung melebar, memungkinkan lebih banyak gas untuk melewati float.  Float akan berhenti terangkat ketika beratnya terangkat hanya oleh perbedaan tekanan diatas dan dibawahnya.
Flowmeter dikalibrasikan untuk spesifik gas,  karena alilran melewati celah ergantung dari viskositas gas pada aliran laminar lambat dan densitasnya pada aliran turbulen yang cepat.  Untuk meminimalisir efek dari friksi antara gas dan dinding tabung, float diidesain untuk berotasi konstan, hingga tetap di tengah tabung.  Pelapisan bagian dalam tabung dengan zat konduktiv akan mengurangi efek listrik statis.  Beberapa flowmeter mempunyai dua tabung kaca, satu untuk aliran lambat dan satu lagi untuk aliran cepat.  Kedua tabung tersusun serial dan tetap dikontrol oleh satu katup.  Desain dual taper memungkinkan sebuah flowmeter untuk dapat mengukur aliran lambat dan cepat.  Penyebab malfungsi flowmeter antara lain adanya kotoran dalam tanbung, tabung yang tidak lurus secara vertikal dan float yang menempel di puncak tabung.
Jika terdapat kebocoran di atau setelah flowmter oksigen, campuran gas hipoksik dapat terkirim ke pasien.  Untuk mengurangi resiko, flowmeter oksigen selalu diposisikan lebih hilir dibandingkan flowmeter yang lain (paling dekat ke vaporizer).
Beberapa mesin anestesi mempunyai pengontrol aliran dan pengukuran secara elektronik (cth Datex-Ohmeda S/5 Avance.   Pada keadaan ini terdapat cadangan flowmeter konvensional untuk oksigen.  Model lain memiliki flowmeter konvensional tetapi pengukuran elektronik. (Draeger 6400) dan tampilan digital (Draeger Fabius GS) atau tampilan digital/grafis (Datex-Ohmeda S/5 ADU.  Jumlah penurunan tekanan yang disebabkan oleh restriktor flowmeter adalah dasar pengukuran dari aliran gas pada sistem ini. Pada mesin-mesin ini, oksigen, nitrous oxida, dan udara masing-masing memiliki alat pengukuran aliran elektronik yang berbeda sebelum akhirnya bercampur.

  1. Aliran oksigen minimum
Katup aliran oksigen biasanya didesain untuk mengirimkan aliran minimum 150 mL/mnt ketika mesin anestesi dihidupkan. Salah satu metode menggunakan resistor aliran minimum. Alat pengaman ini memastikan oksigen akan ikut mengalir meskipun operator terlupa untuk mengidupkan aliran oksigen.  Beberapa mesin didesain untuk mengirimkan alian minimum atau low-flow-anestesia (<1L/mnt) dan mempunyai aliran oksigen minimum hingga 50mL/mnt (spt Datex-Ohmeda Aestiva/5)

  1. Pengontrol Rasio Oksigen/Nitrous Oksida
Sebuah pengaman lain dari mesin anestesi adalah hubungan aliran gas nitrous oksida terhadap aliran oksigen, pengaturan ini memastikan konsentrasi minimum oksigen sebesar 21-25%. Pengontrol rasio oksigen/nitrous oksida menghubungkan kedua katup aliran gas secara mekanis (Datex-Ohmeda), pneumatis atau secara elektronis (Datex-Ohmeda S/5),  harus diperhatikan bahwa alat pengaman ini tidak berefek terhadap aliran gas lain (spt udara, helium atau karbon dioksida)

Vaporizer (Penguap)
Anestetik volatil (spt halothan, isoflurane, desflurane atau sevoflurane) harus diuapkan sebelum dikirimkan ke pasien.  Vaporizer mempunyai knob yang dikalibrasikan untuk konsentrasi yang secara tepat menambahkan anestetik volatril ke campuran aliran gas dari seluruh flowmeter.  Terletak antara flowmeter dan common gas outlet.  Lebih lanjut, kecuali mesin hanya bisa menampung satu vaporizer, semua mesin anestesi harus mempunyai alat interlocking atau ekslusi untuk mencegah penggunaan lebih dari satu vaporizer secara bersamaan.

  1. Fisika dari penguapan
Pada temperatur tertentu, melekul dari zat volatil dalam tempat tertutup akan berdistribusi dalam fase cair dan gas.  Molekul gas menghantam dinding kontainer, menciptakan tekanan uap dari zat itu.  Makin tinggi temperaturnya, makin tinggi kecendrungan molekul berubah dari cair ke gas, dan makin tinggi tekanan uapnya.  Penguapan memerlukan energi, yang didapat dari kehilangan panas dari fase cair.  Ketika penguapan berlangsung, temperatur zat cair turun dan tekanan uap menurun hingga terdapat kalor yang dapat masuk ke sistem.  Vaporizer memiliki ruangan dimana gas pembawa akan larut bersama zat volatil.

  1. Ketel tembaga
Vaporizer ketel tembaga tidak lagi digunakan secara klinis, bagaimanapun juga, mengerti cara kerjanya akan memberikan pemahaman terhadap pemberian zat volatil.  Diklasifikasikan sebagai measured-flow vaporizer (atau flowmeter-controlled vaporizer).  Didalam ketel tembaga, sejumlah gas pembawa akan melewati zat anestetik yang dikontrol oleh flowmeter,  Katup ini akan ditutup ketika sirkuit vaporizer tidak dipakai.  Tembaga digunakan sebagai bahan konstruksi karena sifat spesifik panasnya. (Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat sebanyak 1oC) dan konduktifitas termal yang baik (kecepatan konduktifitas panas melewati zat) membantu kemampuan vaporizer untuk tetap pada temperatur yang konstan.   Seluruh gas yang memasuki vaporizer melawti cairan anestesi dan akan bercampur dengan uap.  Satu ml  cairan anestetik sama dengan 200 ml uap anestesi.  Karena tekanan uap dari zat anestesi lebih besar dari yang tekanan parsial yang dibutuhkan untuk anestesia, gas yang sudah bercampur akan meninggalkan ketel  harus diencerkan terlebih dahulu sebelum mencapai pasien.

Sebagai contoh , tekanan uap halotan adalah 243 mmHg pada 20oC, jadi konsentrasi halotan ketika keluar dari ketel tembaga  pada 1 atmosfer adalah  243/760, atau 32%.  Jika 100ml oksigen memasuki ketel, sekitar 150 ml gas akan keluar, yang sepertiganya adalah uap halotan.  Sebagai kontras, tekanan parsial yang hanya 7mmHg atau kurang dari 1% konsentrasi (7/760) pada 1 atmosfer yang dibutuhkan untuk anestesi.  Untuk memberikan 1% konsentrasi halotan, 50 ml uapo halotan dan 100ml gas pembawa yang meninggalkan ketel tembaga harus di encerkan dengan 4850 gas yang lain (5000-150 =4850).  Setiap 100 ml oksigen yang melewati vaporizer halothan  akan memberikan konsentrasi halotan 1 % jika total aliran gas pada sirkuit pernafasan sebesar 5L/mnt.  Jadi, jika total aliran sudah ditetapkan, aliran melewati vaporizer akan menentukan konsentrasi akhir dari zat anestesi.  Isofluran mempunyai tekanan uap yang hampir sama.  Jadi terdapat hubungan yang sama antara aliran ketel tembaga, aliran gas total, dan konsentrasi zat anestetik.  Bagaimanapun juga, jika aliran gas total turun tanpa disengaja (cth. Kehabisan suplai nitrous oksida), konsentrasi volatil anestetik akan naik dengan cepta ke tingkat yang berbahaya.

  1. Vaporizer Modern Conventional
Seluruh vaporizer modern spesifik agen, mampu untuk memberikan konsentrasi konstan dari agen tidak tergantung suhu, atau aliran melewati vaporizer (tabel 4-3). Memiutar knob berlawanan jarum jam ke persentase yang diinginkan akan membagi aliran gas ke gas pembawa, yang akan mengalir melewati cairan anastetik di vaporizer chamber, dan sisanya akan keluar dari vaporizer tidak berubah.  Karena sejumlah gas yang memasuki tdak pernah bersentuhan dengan cairan anestetik, tipe vaporizer ini disebut juga variable –bypass vaporizer.
Kompensasi suhu didapat dari bilah yang terbuat dari dua buah metal yang disatukan.  Bilah metal menjadi lurus atau melengkung sebagai akibat dari perubahan suhu.  Ketika suhu turun, kontraksi diferensial menyebabkan bilah membengkok dan mengakibatkan lebih banyak gas yang melewati vaporizer.  Ketika suhu naik, ekspansi diferensial menyebabkan bilah membengkok ke arah yang lain dan mencegah lebih banyak gas memasuki vaporizer.  Kecuali pada keadaan ekstrim (<250ml/mnt atau > 15 L/mnt), perubahan derajat aliran dalam range tidak akan berefek secara signifikan terhadap konsentrasi karena beberapa proporsi dari gas diekspos ke cairan.  Perubahan komposisi gas, bagaimanapun juga, dari 100% oksigen menjadi 70% nitrous okside dapat menurunkan konsentrasi volatil anestetik dikarenakan kelarutan yang lebih besar dari nitrous oksida pada zat volatil.
Vaporizer-vaporizer ini adalah agen spesifik, mengisi mereka dengan zat yang tidak sesuai harus dihindari.  Sebagai contoh mengisi vaporizer enfluran secara tidak sengaja dengan halotan akan menyebabkan overdosis zat anestetik.  Karena tekanan vapor halotan yang lebih besar (243mmHg versus 175 mmHg) akan menyebabkan jumlah vapor 40% lebih banyak yang dilepaskan.  Kedua, halotan dua kali lebih poten dibanding enfluran.  Kebalikannya, mengisi vaporizer halotan dengan enfluran akan menyebabkan kurangnya dosis anestetik.  Vaporizer modern menawarkan p engisian vaporizer dengan kunci khusus yang akan mencegah pengisian dengan agen yang salah.
Memiringkan berlebihan dari vaporizer zaman dahulu (Tec4, Tec 5, dan Vapor 19) selama pemindahan akan membanjiri daerah baypass dan akan menyebabkan konsentrasi tinggi dari anestetik yang berbahaya.  Fluktuasi dalam tekanan dari ventilasi tekanan positif dari mesin anestesi zaman dahulu dapat menyebabkan aliran balik melewati vaporizer,   “Pumping effect” ini lebih jelas ketika aliran gas rendah.  Katup satu arah antara vaporizer dan oxygen flush valve (Datex-Ohmeda).

  1. Vaporizer Elektronik
Vaporizer Desfluran haruslah yang dikontrol secara elektronik, dan vaporizer elektronik juga digunakan untuk semua jenis volatil pada mesin anestesi yang canggih (cth Datex-Ohmeda S/5 ADU)

1.       Vaporizer Desfluran-Tekanan vapor desfluran sangat tinggi pada permukaan laut hingga hampir mendidih pada suhu ruangan.  Volatilitas yang tinggi ini, digabung dengan potensi yang hanya seperlima dari zat volatil lain, menyebabkan keunikan dalam pemakaiannya.  Pertama, karena vaporisasi yang dibutuhkan untuk anestesi umum akan menyebabkan efek pendinginan yang akan membatasi kemampuan vaporizer untuk tetap pada suhu konstan.  Kedua, karena memvaporisasi  dengan luar biasa, dibutuhkan aliran gas yang sangat banyak untuk melarutkan gas pembawa hingga menjadi konsentrasi yang sesuai untuk penggunaan klinis.  Masalah ini telah diatasi dengan dibuatnya vaporizer khusus desfluran, Tec 6, Tec 6 plus dan D Tec (vaporizer blender yang dipanaskan).  Sebuah reservoir yang berisi desfluran (desfluran sump ) dipanaskan secara elektri hingga 39oC, menciptakan tekanan vapor sebesar 2 atm.  Tidak seperti variable-bypass vaporizer, tidak ada fresh gas flow melewati desflurane sump.  Vapor desflurane murni akan bercampur dengan campuran gas sebelum keluar dari vaporizer. Jumlah vapor desflurane yang dilepaskan dari sump tergantung dari konsentrasi yang diinginkan dengan memutal dial kontro dan fresh gas flow rate, vaporizer tidak dapat mengkompensasi secara otomatis perubahan ketinggian.  Penurunan tekanan ambien (cth dataran tinggi) tidak mempengaruhi konsentrasi agen yang dihasilkan, tetapi menurunkan tekanan gas parsial dari age3n.  Jadi, pada dataran tinggi, anestesiologist harus menaikkan konsentrasi zat secara manual.

2.       Aladin casette vaporizer- Vaporizer ini didesain untuk digunakan pada Datex-Ohmeda S/5 ADU dan mesin yang mirip.  Aliran gas dari flow control dibagi menjadi aliran bypass dan aliran yang melewati cairan (Fig 4-21).  Yang terakhir disebutkan adalah Aladin casette vaporizer yang agen spesifik yang diberi kode warna.  Mesin hanya dapat menerima satu vaporizer pada satu waktu dan mengenali jenis vaporizer melalui label magnetik.  Vaporizer ini tidak mengandung saluran untuk aliran bypass, jadi, tidak seperti vaporizer konvensional, zat anestetik cair tidak dapat tumpah ketika vaporizer sedan dibawa dan vaporizer dapat dibawa dengan posisi apapun.  Setelah casette diletakkan di mesin, aliran yang melewati zat anestesi akan bersatu dengan aliran bypass sebelum keluar dari fresh gas outlet.  Menyesuaikan rasio antara aliran bypass dan aliran yang melewati zat anestesi akan mengubah konsentrasi dari zat anestesi yang diberikan kepada pasien..  Dalam praktek, klinisi mengubah konsentrasi dengan memutar knob yang terhubung dengan potensiometer digital.  Software akan menset konsentrasi gas agen yang diinginkan sesuai dengan output pulse dari knob.  Sensor di casette mengukur tekanan dan suhu, jadi menentukan konsentrasi agen pada gas yang meninggalkan casette.  Aliran pada zat anestesi yang benar dihitung berdasarkan konsentrasi fresh gas yang diinginkan dan konsentrasi gas di casette yang telah ditentukan.

Common (Fresh) Gas Outlet
                Berlawanan dengan multiple gas inlet yang dimiliki, mesin anestesi hanya memiliki satu common gas outlet yang mensuplai gas ke sirkuit pernafasan .  Nama fresh gas outlet juga sering digunakan karena perannya dalam menambahkan gas yang jelas komposisinya ke circle system.  Tidak seperti model terdahulu, beberapa mesin baru mengukur dan melaporkan aliran gas di common outlet (Ohmeda-Datex s/5 ADU dan Narkomed 6400).  Sebuah alat antidisconnect digunakan untuk mencegah terlepasnya dari selang gas yang menghubungkan mesin dengan sirkuit pernafasan.
                Oxygen flush valve memberikan aliran besar (35-55l/mnt) dari oksigen langsung ke common gas outlet, dengan membypass flowmeter dan vaporizer.  Digunakan untuk mengisi atau membilas secara cepat dari sirkuit pernafasan, tetapi karena oksigen yang diberikan pada tekanan 45-55psig, terdapat bahaya yang nyata terjadinya barotrauma.  Untuk alasan ini, flush valve harus digunakan secara hati-hati ketika pasien tersambung ke sirkuit pernafasan.  Beberapa mesin memiliki regulator tahap kedua untuk menurunkan tekanan oksigen flush. Pelindung disekeliling tombol flush mencegah kemungkinan penggunaannya secara tak sengaja.  Mesin anestesi (cth Datex-Ohmeda Aestiva/5) dapat memiliki common gas outlet tambahan yang dapat diaktifkan dengan sebuah switch.  Digunakan untuk melakukan test kebocoran sirkuit pada tekanan rendah.

Mesin Anestesi - Suplai Gas



Dalam bentuk dasar, mesin anestesi menerima gas medis dari suplai gas, mengontrol aliran dari gas dan menurunkan tekanannya ke level  aman,; menguapkan  anastetik volatile hingga campuran gas final; dan memberikan gas ke breathing circuit yang terhubung dengan jalan nafas pasien.  Ventilator mekanis yang tersambung ke breathing circuit tapi dapat dilepaskan denan sebuah switch selama ventilasi spontan atau manual.  Suplai oxygen tambahan dan suction regulator juga biasanya ada pada mesin anestesi.  Sebagai tambahan pada komponen keamanan standar mesin anestesia yang paling canggih mempunyai tambahan pengaman, dan computer processor yang mengintegrasi dan memonitor seluruh komponen, melakukan pengecekan otomatis dan memberikan pilihan perekaman otomatis dan menghubungkan dengan monitor eksternal dan jaringan informasi rumah sakit.  Beberapa mesin didesain untuk mobilitas (cth, Draeger Narkomed Mobile), magnetic resonance imaging kompabilitas (cth, Datex-Ohmeda Aestiva/5 MRI), Draeger Narkomed MRI-2) atau bentuk kompak (cth, Datex-Ohmeda/5 Avance dan Aestiva S5 Compact, Draeger Fabius Tito)









SUPLAI GAS

Sebagian besar mesin memiliki inlet untuk oxygen, nitrous oxide, dan udara.  Model yang lebih kecil sering tidak memiliki inlet udara dimana mesin-mesin yang lain memiliki inlet keempat untuk helium, Heliox atau karbon dioxida.  Inlet terpisah disediakan untuk suplai gas primer dari pipa yang melewati dinding fasilitas kesehatan dan untuk suplai gas sekunder.  Jadi mesin memiliki dua pengukur tekanan gas untuk setiap jenis gas: satu untuk dari pipa dan satu untuk silinder.




Inlet Pipa
Oxygen, nitrous oxide, dan sering udaa dialirkan dari suplai sentra ke ruang operasi melewati jaringan pemipaan.  Selangnya diberi kode warna dan menghubungkan ke mesin anestesi melalui fitting diameter-index safety system (DISS) yang tidak akan tertukar.  Sebuah saringan menangkap debu dari suplai dinding dan katup satu arah mencegah aliran balik dari gas ke suplai pemipaan.  Harus diperhatikan bahwa beberapa mesin memiliki oxygen (pneumatic) power outlet yang digunakan untuk ventilator atau untuk oxygen flowmeter tambahan.  Fitting DISS untuk oxygen inlet dan oxygen power outlet identik dan tidak boleh tertukar.



Inlet Silinder
Mirip dengan pipa, silinder ditempelkan ke mesin melalui hangeryoke yang menggunakan pin index safety system untuk mencegah kesalahan.  Komponen yoke meliputi pin, washer, saringan gas, dan katup pencegah aliran balik.  Silinder E yang ditempelkan ke mesin anestesi adalah sumber gas medis tekanan tinggi dan hanya digunakan sebagai cadangan kalau suplai pipa tidak memadai/gagal.  Beberapa mesin memiliki dua silinder oxygen, jadi satu silinder dapat digunakan ketika yang kedua sedang diganti.  Tekanan silinder biasanya diukur dengan Bourdon pressure gauge.  Sebuah selang fleksibel didalam gauge ini akan menegang jika terkena tekanan gas, yang akan mendorong roda gigi untuk memutar jarum penunjuk.

Mesin Anestesi - Prinsip Dasar

1.    Penyalahgunaan alat gas anesthesia tiga kali lebih sering dibandingkan kegagalan alat dalam menyebabkan efek yang tidak diinginkan.  Kurang familiernya dengan alat dan gagal mengecek fungsi mesin adalah penyebab tersering.  Kelalaian ini hanya merupakan 2% dari kasus-kasus dalam ASA Closed Claim Project.  Sirkuit pernafasan adalah penyebab kecelakaan yang paling sering (39%), hamper semua kecelakaan disebabkan oleh disconnect dan misconnect.
2.    Mesin Anestesi menerima gas medis dari suplai gas, mengontrol aliran yang diinginkan dan menurunkan tekanan, jika diperlukan sampai ke batas aman, menguapkan volatile anesthetics ke campuran gas akhir yang terhubung dengan jalan nafas pasien.  Ventilator mekanik yang tersambung ke sirkuit pernafasan tapi dapat dipisahkan dengan switch selama ventilasi spontan atau manual.
3.    Dimana suplayi oxygen dapat langsung menuju katup pengontrol aliran, nitrous oxide,  udara dan gas lain harus melewati alat pengaman terlebih dahulu sebelum mencapi katup pengontrol aliran masing-masing.  Alat ini mencegah aliran gas lain jika tekanan oxygen tidak cukup. Alat ini mencegah pemberian campuran hipoxik ketika terdapat kegagalan suplai oksigen.
4.   Sebuah pengaman yang lain adalah hubungan aliran gas nitrous oxide dengan aliran oxygen; hal ini untuk meyakinkan konsentrasi minimum oxygen 21-25%
5.    Semua vaporizer modern adalah agen spesisfik, mampu untuk memberikan konsentrasi agen yang konstan pada perubahan temperature dan aliran gas melewati vaporizer
6.    Peningkatan tekanan jalan nafas dapat menunjukkan perburukan komplains paru, peningkatan tidak volum, atau obstruksi pada sirkuit pernafasan, ETT, atau jalan nafas pasien.  Penurunan
7.   Secara tradisional, ventilator mesin anestesi memiliki desain sirkuit ganda dan sumber tenaga pneumatic dan dikontrol secara elektris.  Mesin baru juga memiliki control mikroprosessor, yang bergantung pada sensor tekanan dan aliran.  Beberapa model menawarkan mesin anestesi dengan ventilator yang menggunakan desain piston sirkuit tunggal.
8.   Keuntungan utama dari ventilator piston adalah kemampuannya mengurimkan tidal volum yang akurat ke pasien dengan komplains paru yang buruk dan kepada pasien yang sangat kecil.
9.  Ketika ventilator digunakan, “disconnect alarms” harus difungsikan secara pasif.  Mesin anestesi paling tidak harus memiliki tiga disconnect alarms; tekanan rendah, tidak volum exhalasi rendah, dan exhalasi karbon dioksida yang rendah.
10.Karena spill valve ventilator tertutup selama inspirasi, aliran gas segar dari outlet mesin memberi kontribusi terhadap tidal volum yang diberikan pada pasien
11.Penggunaan oxygen flush valve selama siklus inspirasi dari ventilator harus dihindari karena spill valve ventilator akan tertutup dan adjustable pressure-limiting (APL) valve disingkirkan,  hembusan oxygen (600-1200mL/detik) dan tekanan sirkuit akan diteruskan ke paru-paru pasien
12.Perbedaan yang besar antara tidal volum yang di set dan diterima pasien sering terlihat di ruang operasi selama volume-controlled ventilation.  Sebabnya karena komplains dari sirkuit pernafasan, kompresi gas, penyatuan aliran gas segar ventilator, dan kebocoran pada mesin anestesi, sirkuit pernafasan, atau jalan nafas pasien
13.Penghisap gas sisa membuang gas yang diventilasikan keluar dari sirkuit pernafasan oleh APL valve dan spill valve ventilator.  Polusi di ruang operasi  dapat menghadapkan bahaya pada anggota tim operasi.
14.Inspeksi rutin dari alat anestesi sebelum penggunaannya meningkatkan familiaritas operator dan memastikan fungsinya.  The United States Food and Drug Administration telah membuat prosedur standar untuk mesin anestesi dan breathing system.




Tidak ada alat yang sangat dihubungkan dengan praktek anestesi dibandingkan dengan mesin anestesi (Figure 4-1). Yang paling dasar, anestesiologis mengunakan mesin anestesi untuk mengontrol pertukaran gas pasien dan memberikan anastetik inhalasi.  Mesin anestesi modern telah lebih canggih dan memiliki banyak komponen keamanan, breathing circuit, monitor dan ventilator mekanis, dan satu atau lebih mikroprosessor yang dapat mengintegrasi dan memonitor seluruh komponen.  Monitor dapat ditambahkan secara eksternal dan sering masih dapat diintegrasikan secara penuh.  Lebih lanjut, modular desainnya memberikan banyak pilihan configurasi dan pilihan dari satu jenis produk.  Penggunaan mikroprosessor memberikan pilihan seperti mode ventilator yang canggih, prekeman otomatis, dan networking dengan monitor lokal atau jauh dan juga dengan sistem informasi rumah sakit.  Ada dua produsen utama mesin anestesi di Amerika, Datex-Ohmeda (GE Healthcare) dan Draeger Medical. Fungsi yang benar dari alat sangat penting bagi keselamatan pasien.
Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam menurunkan jumlah efek buruk dari penggunaan alat gas anestesi, dengan mendesain ulang alat dan pendidikan. Penyalahgunaan alat gas anesthesia tiga kali lebih sering dibandingkan kegagalan alat dalam menyebabkan efek yang tidak diinginkan. Penyalahgunaan alat ditandai dengan kesalahan pada persiapan, perawatan, atau pengaturan alat.  Kesalahan yang dapat dicegah adalah kurang familiernya operator terhadap alat dan gagal untuk mengecek fungsi mesin.  Kesalahan ini hanya 2% dari kasus-kasus pada ASA Claims Project database.  Breathing circuit adalah penyebab tunggal paling sering dari kecelakaan (39%); hampir semua insiden berhubungan dengan misconnect dan disconnect.  Misconnect didefinisikan sebagai nonfungsional dan konfigurasi yang tidak umum dari komponen breathing circuit atau penyambungannya.  Kasus lain yang lebih sedikit melipusi vaporizer (21%),  ventilator (17%) dan suplai oxygen (11%).  Beberapa komponen dasar dari mesin anestesi lainnya 7% kasus.  Harus diperhatikan bahwa klaim malpraktek yang terkait dengan mesin anestesi, tanki oxygen atau pemipaan, dan ventilator terjadi sebelum 1990, klaim yang terkait dengan breathing circuit dan vaporizer terus terjadi setelah 1990.
          American National Standards Institute mempublikasikan  spesifikasi standar spesifikasi untuk mesin anestesi dan komponennya. Tabel 4-1 mendaftarkan hal-hal penting dari mesin anestesi modern.  Perubahan pada desain alat telah diarahkan untuk meminimalisir kemungkinan misconnect dan disconnect dari breathing circuit dan otomatisasi pengecekan mesin.  Karena lamanya durabilitas dan fungsionalitas dari mesin anestesi, ASA menyusun tuntunan untuk menentukan kadaluarsa dari mesin anestesi.

Sabtu, 03 Juli 2010

Neuritis Optik

N.opticus dapat mengalami demielinisasi yang disertai peradangan papil di retina (neuritis bulbar) atau N. opticus prechiasmatic (neuritis retrobulbar). Neuropati akibat gangguan vaskuler: neuropati iskemia akut. Dapat disebabkan berbagai faktor:
  • Infeksi virus
  • Sklerosis multipel
  • Obat-obatan (tersering etambutol)
  • Keracunan metanol
  • Trauma kepala yang mengenai daerah N.opticus


Gejala yang dikeluhkan:

  • Paling khas adalah nyeri pada penyakit mata tenang dengan visus turun mendadak; terutama saat mata digerakkan. Nyeri timbul akibat tarikan mielin saraf yang mengikuti gerakan bola mata.
  • RAPD positif untuk mata yang sakit.
  • Skotoma sentralis atau diskromatopsia.
  • Keluhan defek lapang pandang altitudial khas untuk neuropati iskemia akut.

Dari pemeriksaan fisik: seluruh segmen anterior sampai lensa normal, kecuali pada papil N.II ditemukan edema dan hiperemis, dan ada perdarahan peripapiler. Untuk tipe retrobulbar, tidak ditemukan kelainan sama sekali.

Terapi dengan metilprednisolon 1 gram/hari selama 3 hari. Jika kena 1 mata: peroral, kena 2 mata: intravena.

Retinopati Hipertensif

Retinopati hipertensif merupakan salah satu systemic hypertensive disease yang telah mengenai target organ. Tanda yang dapat ditemukan:

  • Spasme arteriol pada retina (disebut juga arteriovenous nicking) merupakan tanda paling penting, yaitu terdapat percabangan ekstra.
  • Arteriol mengalami sklerosis
  • Perdarahan superfisial retina
  • Cotton wool spots di antara makula & optic disc
  • Edema optic disc (papiledema)
  • Dapat ditemukan ablasi retina, yang berupa gambaran seperti tirai atau layar pada retina




Cotton wool spots merupakan daerah yang mengalami gangguan perfusi pada retina akibat spasme arteriol atau arteriovenous nicking. Klasifikasi retinopati hipertensif menurut Scheie.



















Retinopati ini biasanya tidak menimbulkan kebutaan, namun sekali terbentuk. sklerosis arteriol pada retina sifatnya permanen. Terapi dengan pengendalian hipertensi sistemik. Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu cepat karena dapat menimbulkan iskemia retina.
Membedakan retinopati hipertensif dari diabetik adalah:

  • Retinopati hipertensif tidak ada mikroaneurisma.
  • Kelainan makula: pada retinopati hipertensif makula menjadi star-shaped, sedangkan pada retinopati diabetik mengalami edem.
  • Kapiler pada retinopati hipertensif menipis, sedangkan retinopati diabetik menebal (beading).

Retinopati Diabetik

Retinopati termasuk salah satu komplikasi mikrovaskuler dari diabetes melitus. Bisa ditemukan sebelum DM-nya sendiri. Retinopati diabetik dapat dibagi diklasifikasikan menjadi tipe proliferatif, nonproliferatif, dan edema makular karena diabetes. Berikut adalah pembagian tipe proliferatif.
  • Tipe nonproliferatif ringan ditandai minimal 1 mikroaneurisma.
  • Tipe nonproliferatif sedang ditandai mikroaneurisma luas, perdarahan intraretinal (flame-shaped hemorrhage), permukaan vena yang tidak rata (venous beading). Dapat ditemukan cotton wool spots.
  • Tipe nonproliferatif berat ditandai dengan adanya cotton wool spots, venous beading, dan abnormalitas mikrovaskuler intraretinal. Yang membedakan berat dan sedang adalah adanya perdarahan intraretina di ke-4 kuadran, venous beading di 2 kuadran, atau abnormalitas mikrovaskuler intraretinal di 1 kuadran. Yang membedakan tipe proliferatif dan nonproliferatif adalah adanya neovaskularisasi pada retina atau adanya perdarahan vitreous.
Tipe proliferatif
Tipe proliferatif dini ditandai terlihatnya pembuluh darah baru pada optic disc atau di retina sekitarnya.

Tipe proliferatif lanjut
Tipe proliferatif lanjut, jika ditemukan satu dari tiga kondisi berikut:
  • Terlihat neovaskuler optic disc, >1/3 diameter optic disc
  • Adanya neovaskuler optic disc yang berkaitan langsung dengan perdarahan vitreous
  • Adanya neovaskuler di retina >½ diameter optic disc dan berkaitan langsung dengan perdarahan vitreous.

Retinopati diabetik tipe nonproliferatif sedang.

  1. Perdarahan flame-shaped
  2. Soft exudate
  3. Cotton wool spots
  4. Mikroaneurisma
    Keluhan pasien (sama antara retinopati hipertensif dan retinopati diabetik) umumnya adalah skotoma sentralis yang didahului buta senja karena gangguan fungsi makula.

    Tindakan untuk pasien retinopati diabetik tergantung dari tipenya.
    • Untuk tipe nonproliferatif berat, ada baiknya terapi diberikan sebelum penyakit berkembang menjadi proliferatif.
    • Untuk edema makular, cukup dimonitor ketat tanpa terapi laser fotokoagulasi; kecuali jika sudah cukup besar. Edema fokal memerlukan terapi laser fokal dan edema difus memerlukan laser grid. Untuk edema makular sering dipakai laser argon.
    • Untuk tipe proliferatif, neovaskularisasi dapat dicegah dengan injeksi triamsinolon atau anti-VEGF (penghambat pembentukan pembuluh darah baru) secara intravitreal (khususnya yang sudah perdarahan intravitreal). Setelah itu, dilakukan fotokoagulasi laser panretinal (PRP). Tindakan ini masih merupakan pilihan utama karena dapat menurunkan angka kebutaan akibat retinopati diabetik sampai dengan 50%. Tindakan lanjutan vitrektomi dapat dilakukan kemudian.

    Pencegahan dilakukan dengan mengendalikan hiperglikemia, hipertensi, dan hiperkolesterolemia (untuk dua kondisi terakhir, jika ada).

    Katarak

    Katarak adalah proses memburamnya lensa mata karena sebab apapun. Katarak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya

    • Katarak senilis (paling banyak, pada lansia)
    • Katarak kongenital (pada bayi atau anak-anak. Akibat rubella kongenital, cytomegalovirus, toksoplasmosis)
    • Katarak traumatik (katarak akibat trauma)
    • Katarak komplikata (katarak akibat penyakit mata lain atau akibat penyakit sistemik lain)
    • Katarak toksik (keracunan steroid)
    • Katarak sekunder (setelah operasi mata lainnya)

    Katarak senilis terdiri atas 6 fase

    • Katarak insipiens (mulai terjadi kekeruhan)
    • Katarak intumesens. Lensa menyerap banyak air pada tahap ini sehingga menjadi lebih besar. Pasien menunjukkan gejala miopisasi.
    • Katarak imatur. Kekeruhan lensa di lokasi tertentu. Shadow test positif pada fase ini.
    • Katarak matur. Lensa sudah keruh seluruhnya. Ukuran lensa kembali normal. Shadow test sudah negatif, visus bisa mencapai 0.
    • Katarak hipermatur. Lensa mengerut dan ukurannya lebih kecil. Korteks mengalami pencairan dan keluar ke bilik mata depan. Shadow test pseudopositif. Dapat disertai glaukoma sekunder.
    • Katarak morgagni. Kapsul lensa tebal, sehingga materi korteks yang sudah mencair tidak bisa keluar dari lensa. Dapat disertai glaukoma sekunder.
    Gejala katarak
    • Penglihatan berkabut dan warna lebih kuning, kadang ber-halo atau glaring (pecah), fotofobia, atau tampak dobel.
    • Penglihatan sempat membaik pada malam hari dan penglihatan dekat membaik (second sight / miopisasi).
    • Tidak ada gangguan lapang pandangan.
    • Pemeriksaan = shadow test positif (fase imatur); penilaian funduskopi / segmen posterior mata sulit dilakukan.
    Operasi
    Operasi baru dilakukan saat lensa sudah keruh seluruhnya (katarak matur). Ada 3 indikasi operasi, yaitu indikasi
    • Medis (gangguan sistemik); 
    • Indikasi optik (gangguan penglihatan); dan 
    • Kosmetik.
    Metode operasi katarak antara lain:
    • Metode klasik = ICCE. Seluruh lensa dibuang.
    • Kelemahan = tidak bisa pasang IOL sehingga pasien jadi afakia.
    • Metode berikutnya = ECCE. Hanya nukleus dan korteks lensa yang dibuang. Bisa dipasang IOL (pseudofakia).
    • Metode terbaru = fakoemulsifikasi. Nukleus dan korteks dihancurkan dan diisap dengan probe, lalu dipasang IOL.
    • Metode untuk anak = disisio lentis (sayatan pada kapsul anterior lensa).

    Komplikasi
    Komplikasi preoperasi katarak antara lain glaukoma sekunder, uveitis, dan dislokasi lensa. Komplikasi postoperasi katarak
    • Afakia (iris tremulans, +10 sampai +13 diopter dengan adisi 3 diopter untuk penglihatan dekat).
    • Pseudofakia (dengan pemasangan IOL).

    Uveitis

    Uveitis merupakan proses inflamasi pada uveal tract (koroid, iris, dan processus ciliaris).


    Uveitis anterior - dapat disebabkan oleh infeksi (sifilis, tuberkulosis, leptospirosis, dll), trauma, katarak, alergi sistemik, dan sebagainya. Ditandai dengan

    • Mata merah: Injeksi perilimbal / siliaris 
    • Nyeri dengan fotofobia 
    • Penglihatan kabur
    Pemeriksaan ditemukan

    • Pupil MIOSIS 
    • Sel dan flare / HIPOPION di bilik mata depan
    • KERATIC PRECIPITATES 
    • Kadang ada SINEKIA POSTERIOR

    Uveitis posterior – sering disebabkan oleh toksoplasmosis dan penyakit-penyakit jaringan ikat atau autoimun (termasuk HIV-AIDS)
    • Mata tenang.
    • Pasien mengeluhkan floaters karena sel-sel granular berada dalam vitreous humour
    • Pemeriksaan ditemukan batas N.II tidak jelas dan vaskulitis retina, kadang ada ablasio retina.Uveitis dapat membaik sendiri dengan pengobatan penyakit yang mendasari. Terapi penunjangnya adalah kortikosteroid, baik secara sistemik maupun injeksi periokular.

    Glaukoma Kronik

    Glaukoma sudut terbuka kronik bersifat familial, sering ditemukan pada lansia dan orang kulit hitam. Penyebab glaukoma ini bersifat primer, yaitu proses degeneratif pada trabecular meshwork berupa penebalan; akibat timbunan materi ekstraseluler.
    Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan tiga kriteria utama:
    1. Tekanan intraokular (IOP) meningkat (>21 mmHg, kira-kira sampai 30 mmHg) pada DUA KALI PEMERIKSAAN.
    2. Lapang pandangan menyempit (visual field defect)
    3. Funduskopi cup/disc ratio 0.5 atau lebih.
    Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan tiga kriteria utama:
    1. Tekanan intraokular (IOP) meningkat (>21 mmHg, kira-kira sampai 30 mmHg) pada DUA KALI PEMERIKSAAN.
    2. Lapang pandangan menyempit (visual field defect)
    3. Funduskopi cup/disc ratio 0.5 atau lebih.
    Ciri khas penyempitan lapang pandangan akibat glaukoma adalah adanya skotoma Bjerrum > diikuti nasal step > dan diikuti skotoma Siedel. Penyempitan lapang pandangan tidak disertai penurunan visus. Cup/disc ratio dilihat dengan funduskopi; dihitung dengan membandingkan diameter dasar N.opticus dengan diameter N.opticus yang tampak. Rasio normal adalah 0.4. Ada 2 varian glaukoma sudut terbuka kronik
    1. Glaukoma normotensif (kriteria 2 dan 3 memenuhi tapi 1 tidak), biasa pada wanita tua. Tindakan untuk glaukoma normotensif adalah memberikan terapi hipertensif sistemik dan tindakan trabekulektomi.
    2. Hipertensi okular (kriteria 1 memenuhi tapi 2 dan 3 tidak), biasa pada pria di atas 40 tahun. Hipertensi okular tidak diapa-apakan, kecuali jika berisiko tinggi mengalami glaukoma.
    Terapi glaukoma sudut terbuka bersifat SEUMUR HIDUP, tetapi tujuannya hanya untuk mempertahankan sisa lapang pandangan; BUKAN UNTUK MEMPERBAIKI LAPANG PANDANG. Demikian pula setelah mendapat terapi, lapang pandangan KADANG MASIH PROGRESIF MEMBURUK.


    Tindakan untuk pasien glaukoma sudut terbuka kronik:
    1. Diberikan TETES MATA ANTIGLAUKOMA. Dapat berupa penghambat produksi aqueous humour (timolol 0.25% atau apraklonidin 0.5%) dan/atau pelancar aliran aqueous humour (latanoprost 0.005%).
    2. Operasi TRABEKULEKTOMI, jika dengan tetes mata penyakit masih berjalan progresif. Trabekulektomi dilakukan dengan membuat bleb dari flap sklera menuju ruang subkonjungtiva sebagai penampung sementara cairan aqueous.

    Glaukoma Akut

    Glaukoma dapat terjadi secara primer ataupun sekunder. Glaukoma primer umumnya bilateral sedangkan
    glaukoma sekunder umumnya unilateral dan disebabkan oleh penyakit lain ataupun keracunan. Obat yang sering menyebabkan glaukoma adalah steroid. Glaukoma primer ada 2: sudut terbuka dan tertutup. Keduanya dapat menyebabkan glaukoma akut. Sudut tertutup: aliran aqueous humour terhalang medial iris. Sudut terbuka: insersi tepi iris lebih tinggi dan menyumbat aliran aqueous humour (iris plateau). Glaukoma sudut tertutup primer (primary angle-closure glaucoma) ditandai dengan
    • Tekanan intraokuler (IOP) meningkat (60-80 mmHg).
    • Gejala akut (sakit kepala, nyeri mata, mual, muntah, pandangan ber-halo).
    • Pemeriksaan segmen anterior ditemukan

    1. Paling khas dari gonioskopi: bilik mata depan sangat dangkal 
    2. Kornea edem 
    3. Konjungtiva injeksi siliar 
    4. Iris bombe 
    5. Pupil fixed mid-dilatasi akibat sinekia posterior. Dengan kata lain pupil tetap berdilatasi sewaktu disinari lampu terang.
    Dasar terjadinya glaukoma sudut tertutup akut adalah terhambatnya aliran aqueous humour dari processus ciliaris untuk dikeluarkan di trabecular meshwork (ditunjukkan dengan arah panah pada gambar di bawah
    ini).


    Pemeriksaan yang dianjurkan adalah GONIOSKOPI. Interpretasi gonioskopi
    Pada glaukoma sudut terbuka processus iridis (IP pada gambar), scleral spur (SP pada gambar), garis Schwalbe (SL pada gambar), dan trabecular meshwork (TM – TPB pada gambar) seluruhnya terlihat dengan jelas seperti pada gambar. Jika garis Schwalbe dan trabecular meshwork hanya terlihat sedikit berarti glaukoma termasuk sudut sempit. Jika garis Schwalbe tidak dapat dilihat sama sekali, berarti glaukoma sudut tertutup.
    Gonioskopi sudut terbuka = grade 4
    Gonioskopi sudut tertutup = grade 0
    Glaukoma sudut tertutup akut merupakan keadaan DARURAT OFTALMOLOGI. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
    • Pertama-tama TURUNKAN TEKANAN INTRAOKULER, dengan asetazolamid (iv atau oral) BERSAMA dengan obat topikal (sikloplegik pilokarpin 2-4% 4-6 dd 1 gtt. Dapat diganti latanoprost, apraklonidin, timolol 0.25-0.5%).

    1. Pilokarpin untuk kontraksi siliar dan mengkonstriksi pupil agar tidak terjadi iskemia iris. Sudah jarang dipakai dan banyak digantikan oleh latanoprost. 
    2. Timolol dan apraklonidin mengurangi produksi aqueous humour. 
    3. Steroid topikal kadang dipakai untukmengurangi inflamasi intraokuler sekunder. 
    4. Zat hiperosmolar (manitol, gliserin) kadang dipakai untuk mengurangi volume vitreous.
    • Setelah tekanan intraokuler turun, lakukan operasi IRIDOTOMI PERIFER dengan laser Nd-YAG. Tujuan operasi adalah untuk membuat hubungan permanen antara bilik mata depan dan belakang agar iris bombe terlepas. Tindakan yang juga dapat dilakukan: TRABEKULEKTOMI. Syaratnya belum ada sinekia anterior perifer. Jika gagal lakukan:

    1. ALPI (argon laser peripheral iridoplasty). 
    2. IRIDEKTOMI PERIFER (operasi biasa).
    • Jika unilateral, MATA KONTRALATERAL perlu diberi tindakan IRIDOTOMI PERIFER LASER yang bertujuan PROFILAKSIS.

    Jumat, 02 Juli 2010

    Keratitis

    Konjungtiva ada 2 macam = bulbar dan tarsal (palpebral). Termasuk mata merah tanpa penurunan visus jika tidak mengenai kornea. Jika kena kornea = keratokonjungtivitis; penglihatan bisa turun jika lesi di sentral kornea.

    Gejala utama yang umum ditemukan di semua konjungtivitis (HELEP = hyperemia, epiphora, lymphadenopathy, exudation, and pseudoptosis)

    • Mata merah dengan injeksi konjungtiva (mata merah tidak di perilimbal, melainkan difus)
    • Lakrimasi atau epifora (mata berair)
    • Eksudasi (belekan)
    • Pseudoptosis (mata susah dibuka bukan karena saraf, tapi karena infiltrat pada otot Muller)
    • Limfadenopati preaurikular.

    Klasifikasi konjungtivitis
    1. Konjungtivitis infektif
    a. Konjungtivitis bakterialis
    b. Konjungtivitis gonorea dan oftalmia neonatorum
    c. Konjungtivitis viral nonspesifik
    d. Konjungtivitis herpes simpleks
    e. Konjungtivitis fungal
    f. Konjungtivitis parasitik (loaiasis, askariasis, ftiriasis, taeniasis, skistosomiasis, trikinosis, dan myiasis)
    g. Trakoma

    2. Konjungtivitis noninfektif
    a. Konjungtivitis vernal
    b. Konjungtivitis fliktenularis
    c. Konjungtivitis sicca

    Konjungtivitis bakterial ditandai sekret yang purulen, kadang-kadang hiperakut disertai kemosis (pada gonorea) bisa menyebar sistemik dan jadi sepsis. Penyebab lainnya Haemophilus influenza, Escherichia coli, dan Proteus sp.

    Pemeriksaan penunjang 
    Pewarnaan Gram terhadap sekret konjungtiva.

    Terapi 
    Biasanya self limited. Antibiotik tergantung identifikasi mikrobiologik. Untuk gonorea perlu diobati segera agar infeksi tidak menyebar ke mana-mana dan jangan sampai perforasi kornea; dengan topikal (salep
    antibiotik polimiksin-trimetoprim) + sistemik (seftriakson 1 gram intramuskuler). Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh berbagai macam virus (adenovirus 3-4-7)– sering berkaitan dengan
    demam dan faringitis. Sifatnya self-limited. Konjungtivitis epidemika sering disebabkan adenovirus tipe 8-19-29-37.

    Gejala kurang spesifik 
    Mata bengkak, merah, berair, sakit, dan tidak simetris. Kadang ada pseudomembran. Berkaitan dengan diare viral, faringitis, otitis, dan infeksi lainnya. Terapi hanya simtomatik dengan kompres; karena juga self-limited. Jangan diberi steroid.
    Konjungtivitis viral spesifik herpes disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 (tipe 2 pada bayi). Sakit mata bersifat unilateral dengan injeksi konjungtiva, fotofobia, iritasi; dengan vesikel-vesikel hiperemis pada sekitar mata. Jika dibiarkan dapat menjadi keratokonjungtivitis herpes yang menimbulkan ulkus dendritik kornea. Terapi dengan asiklovir salep 3% 5 kali sehari selama 7-10 hari atau minum asiklovir 5 kali 400 mg selama 1 minggu. TIDAK BOLEH DIBERI STEROID.

    Trakoma
    Disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Infeksi mengenai konjungtiva palpebral dan bulbi.
    Kriteria diagnostik
    1. Ada 5 atau lebih folikel di konjungtiva palpebral.
    2. Scar konjungtiva pada tarsal superior (entropion + trikiasis)
    3. Pannus pada konjungtiva bulbi.
    4. Herbert pit pada folikel daerah limbus.

    Komplikasi
    Entropion + trikiasis, simblefaron, xerosis, infeksi sekunder bakteri. Terapi dengan tetrasiklin atau doksisiklin, atau eritromisin (untuk anak-anak); pada masa infeksi aktif. Konjungtivitis vernal merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I pada konjungtiva, sering ditemukan pada orang muda yang alergi polen. SANGAT GATAL! 

    Ada 2 tipe yaitu palpebral (giant papils / cobblestone) dan limbal (tantras dot). Jika dibiarkan papil bisa membuat shield ulcers kornea. Terapi dengan steroid saja (tidak usah antihistamin!), atau jika gagal diterapi dengan mast cells stabiliser atau siklosporin. Jika ada ulkus, terapi dengan
    graft amnion.
    Konjungtivitis fliktenularis adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap penyakit granulomatosa
    (misalnya cacingan atau TB) atau gizi buruk. Tidak begitu gatal. Tanda: tonjolan bulat kuning pada konjungtiva + pelebaran pembuluh darah. Terapi dengan steroid lokal dan obati juga penyakit yang mendasari.
    Konjungtivitis sicca berkaitan dengan penyakit autoimun (sindrom Sjoergen = trias konjungtivitis sicca,
    artritis, dan xerostomia); sering pada wanita menopause.

    Tanda
    Injeksi konjungtiva, nyeri pada siang dan sore hari; dengan hasil uji Schirmer abnormal. Terapi dengan air
    mata buatan, kamar uap, atau steroid dosis kecil.

    Keratitis

    Keratitis umumnya mengganggu penglihatan jika terletak di sentral. Ada 2 tipe = infektif dan noninfektif. Klasifikasinya rata-rata sama dengan konjungtivitis (lihat di bagian konjungtivitis). Bagaimana membedakan keratitis infektif berdasarkan penyebab?
















    Orang yang berisiko kena keratitis:
    • Ada riwayat trauma.
    • Pemakai lensa kontak (baru pakai tidak tahu caranya; atau sudah lama pakai tapi tidak tahu cara merawatnya).
    • Pakai tetes mata steroid dalam waktu yang lama.
    • Riwayat mata merah dan mata buram hilang timbul.
    • Kadang mata silau, berair, belekan, dan kelilipan

    Tanda yang ditemukan KORNEA KERUH, VISUS TURUN, dan INJEKSI SILIAR dengan palpebra hiperemis. Keratitis noninfektif yang penting yaitu keratitis punctata dan ulkus Mooren.

    Terapi keratitis
    Medikamentosa

    1. Terapi kausal sesuai penyebab
    a. Bakteri: salep sefuroksim-gentamisin atau salep siprofloksasin
    b. Herpes: salep asiklovir 3% tiap 4 jam
    c. Herpes zoster: minum asiklovir 5 kali 800 mg selama 7-10 hari. Ditambah analgesik per oral dan steroid.
    d. Jamur: salep natamisin 5% tiap 1-2 jam
    e. Acanthamoeba: poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0.02%.

    2. Sikloplegik atau midriatikum
    3. Antiglaukoma peroral untuk mencegah komplikasi
    4. Steroid topikal (tapi tidak untuk ulkus!)

    Nonmedikamentosa
    1. Patching pelindung
    2. Debridemen jaringan nekrosis
    3. Terapi laser untuk nekrotomi
    4. Keratoplasti jika kerusakan sudah berat

    Ulkus Mooren
    Ulkus Mooren jarang ditemukan dan termasuk salah satu keratitis ulseratif perifer akibat proses autoimun. Berkaitan dengan hepatitis C. Bentuk ulserasi biasanya seperti bulan sabit di limbus dengan infiltrat kekuningan di pinggirnya. Ada 2 macam tipe:
    1. Tipe limited: unilateral, sering menyerang orang tua (>40 tahun), dan prognosisnya lebih baik.
    2. Tipe resisten: bilateral, sangat nyeri, sering menyerang orang muda, dan prognosis buruk.

    Penatalaksanaannya:
    1. Terapi lokal dengan kortikosteroid topikal diikuti reseksi konjungtiva, dengan siklosporin topikal, atau injeksi heparin subkonjungtiva.
    2. Terapi imunosupresi sistemik (siklofosfamid, azatioprin) baru diberikan jika reseksi gagal atau penyakit termasuk tipe resisten.
    3. Operasi keratoplasti lamelar, epikeratoplasti, atau pembuatan flap.

    Tanda dan gejala penyakit mata

    Tanda dan gejala penyakit mata



    Tanda
    Amaurosis fugax = oklusi arteri retinal sentralis
    Cobblestone appearance = konjungtivitis vernal tipe palpebral
    Entropion = penuaan normal atau trakoma
    Floaters = uveitis posterior dan ablasio retina
    Hifema = trauma bilik mata depan
    Hipopion = uveitis anterior, keratitis berat
    Iris bombe = glaukoma sudut tertutup primer akut
    Iris tremulans = postoperasi katarak dengan afakia
    Leukocoria = katarak matur atau retinoblastoma
    Tantras dot = konjungtivitis vernal tipe limbal
    Tigroid retina = miopia tinggi, disebut juga Fuch’s spots.
    Trikiasis (palpebral cicatrix) = trakoma

    Gejala
    Pada golongan penyakit mata tenang visus turun perlahan, pandangan berkabut menandakan katarak.
    Pada golongan penyakit mata tenang visus turun mendadak pandangan berkabut menandakan ablasi retina atau perdarahan vitreous.

    Metode Pemeriksaan dan Operasi Mata

    Metode Pemeriksaan dan Operasi Mata

    Adaptasi gelap = xeroftalmia atau defisiensi sel batang (rod cells) retina
    Amsler grid = gangguan pada makula (misalnya ARMD, age related macular degeneration) atau N. opticus (neuropati atau neuritis optik).
    Anel test = uji patensi saluran lakrimalis
    Angiografi fluorescein = untuk menilai vaskuler / pembuluh darah retina
    Autorefractometer (autoref) = alat pengukur derajat penyimpangan refraksi secara otomatis
    Cover test = strabismus (deteksi strabismus vertikal dan horizontal).
    Deep lamellar keratoplasty = teknik transplantasi kornea, meliputi seluruh lapisan kornea kecuali endotelium.
    Disisio lentis = metode operasi untuk katarak kongenital.
    DLEK = deep lamellar endothelial keratoplasty.
    Teknik transplantasi kornea dengan sedikit stroma dan lapisan endotel.
    ECCE = extracapsular cataract extraction. Metode operasi katarak yang hanya membuang nukleus dan korteks lensa.
    Eksoftalmometri = eksoftalmos atau tidak (posisi bola mata secara anteroposterior)
    Eversi = (pada palpebra superior) penilaian konjungtiva tarsal superior.
    Fakoemulsifikasi = metode operasi katarakdengan sayatan kecil dan probe untuk
    menghancurkan dan mengisap isi lensa.
    Fluorescein test = penilaian defek epitel kornea
    Gonioskopi = glaukoma sudut tertutup primer (pemeriksaan kedalaman bilik mata depan).
    Hardy-Rand-Rittler pseudoisochromatic plates = uji buta warna di Amerika Serikat
    Hirschberg light reflex = strabismus, memeriksa -tropia (pada mata normal titik cahaya jatuh di
    tengah pupil. Jika titik cahaya jatuh di pupil sebelah lateral = esotropia. Jika titik cahaya terletak di pupil sebelah medial = eksotropia. Dan jika titik jatuh di pupil bawah = hipertropia).
    ICCE = intracapsular cataract extraction. Metode operasi katarak yang membuang seluruh
    lensa.
    Illiterate-E (tumbling-E) chart = uji tajam penglihatan (visus) untuk anak-anak, orang buta huruf, atau orang yang tidak familiar dengan huruf Latin.
    Ishihara pseudoisochromatic plates = uji buta warna
    Keratometer = uji kuantitatif kelengkungan kornea (astigmatisme)
    Konfrontasi (confrontation test) = (dengan jari) uji penglihatan perifer
    Krimsky test = strabismus. Uji lanjutan dari
    Hirschberg light reflex, dengan memfiksasi mata yang normal dengan lensa prisma.
    Lamellar keratoplasty = teknik transplantasi kornea, meliputi epitel sampai stroma.
    LASEK = laser assisted keratectomy. Bedah refraktif dengan laser.
    LASIK = laser assisted insitu keratomileusis. Bedah refraktif dengan laser.
    Maddox rod = strabismus (deteksi strabismus torsional).
    Oblique illumination = glaukoma sudut tertutup
    Penetrating keratoplasty = teknik transplantasi kornea, meliputi seluruh lapisan kornea.
    Perimetri = lapang pandangan, yaitu untuk penyakit yang diperkirakan disertai gejala gangguan lapang pandangan. Misalnya glaukoma sudut terbuka primer dan tumor (jenisnya ada Goldmann / manual dan Octopus / otomatis).
    PRK = Photorefractive Keratectomy. Bedah refraktif.
    Schirmer test = uji lakrimasi (produksi air mata)
    Sensitivitas kontras = uji fungsi pembeda kontras warna oleh retina
    Shadow test = katarak
    Snellen chart = uji tajam penglihatan (visus), sekaligus uji penglihatan sentral
    Tonometri = glaukoma (jenisnya ada Schiotz, Perkins, dan aplanasi).

    Golongan Penyakit Mata

    Golongan Penyakit Mata


    Mata merah visus tidak turun
    Prinsipnya: mengenai struktur yang bervaskuler (konjungtiva atau sklera) yang tidak menghalangi media refraksi.
    Contoh antara lain konjungtivitis murni, trakoma, mata kering, xeroftalmia, pterigium, pinguekula, episkleritis, dan skleritis.

    Mata merah visus turun
    Prinsipnya: mengenai struktur bervaskuler yang mengenai media refraksi (kornea, uvea, atau
    seluruh mata).
    Contoh keratitis, keratokonjungtivitis, uveitis, glaukoma akut, endoftalmitis, dan panoftalmitis


    Mata tenang visus turun mendadak
    Uveitis posterior, perdarahan vitreous, ablasio retina, oklusi arteri atau vena retinal, neuritis
    optik, neuropati optik akut karena obat (misalnya etambutol), migrain, dan tumor otak.

    Mata tenang visus turun perlahan
    Katarak, glaukoma, retinopati penyakit sistemik, retinitis pigmentosa, dan kelainan refraksi.

    Trauma mata
    Trauma fisik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), trauma radiasi (ultraviolet dan infrared).