Dasar diagnosa
Manifestasi proliferasi sistem limfopoetik yang hebat dalam bentuk antara lain pada darah tepi ditemukan jumlah lekosit sangat tinggi atau limfosit monoton (>90%) disertai adanya sel-sel muda (limfoblast >5%), menekan sistem haematopoetik lainnya dan mengadakan anak sebar.
Anamnesa:
· Pucat mendadak, demam, perdarahan kulit berupa bercak kebiruan, perdarahan dari organ tubuh lainnya misalnya epistaksis, perdarahan gusi, hematuria dan melena.
· Bisa timbul mual, muntah, pusing dan nyeri pada sendi.
· Sering demam dengan sebab yang tidak jelas.
Pemeriksaan :
· Anemis, demam, tanda-tanda perdarahan seperti ptekie, ekimosis, epistaksis, hematuria, dan melena.
· Nyeri pada tulang dan sendi ( infiltrasi ke tulang ).
· Hati dan limfa membesar bila terdapat infiltrat ke organ tersebut.
· Apabila terjadi infiltrasi ke SSP dapat timbul gejala rangsang meningeal dan tekanan intrakranial meninggi
Laboratorium:
· Darah tepi: lekositosis yang hebat atau limfositosis relatif disertai gambaran penekanan sumsum tulang berupa anemia, trombositopenia, netropenia, disertai adanya sel-sel blast (limfoblast > 5%)
· BMP: sistim eritropoetik, granulopoetik tertekan. Limfoblast ³ 10%
· Apabila terjadi infiltrasi ke SSP maka dapat ditemukan sel-sel lekemia dalam cairan serebrospinalis.
Radiologi :
Gambaran radiolusen pada jungta epipiseal tulang panjang ( infiltrasi ke tulang ).
Klassifikasi :
Kelompok “ French American British” (FAB), mengklasifikasikan ALL dalam 3 golongan yaitu L1, L2, dan L3. Klasifikasi FAB ini dapat dipergunakan untuk meramalkan prognosa: L1 : lebih baik dari L2.
L2 : lebih baik dari L3.
L3 : prognosa jelek.
Ciri-ciri fisiologis | L1 | L2 | L3 |
Ukuran sel | Predominan, sel kecil | Besar, ukuran heterogen | Besar dan homogen |
Kromatin nukleus | Homogen pada setiap kasus | Variasi heterogen pada setiap kasus | Berbintik-bintik halus dan homogen |
Bentuk nukleus | Reguler, kadang terbelah atau berlekuk | Irreguler, terbelah dan sering berlekuk | Reguler, oval sampai bulat |
Nukleolus | Tidak terlihat, kecil, tidak jelas | Tampak satu atau lebih, sering besar | Prominen, satu atau lebih |
Sitoplasma | Sedikit | Variasi, sering kali berlebihan | Sering kali berlebihan |
Sitoplasma basofil | Ringan atau sedang, jarang nyata | Variasi, beberapa tampak gelap | Sangat gelap |
Vakuola sitoplasma | Variasi | Variasi | Sering prominen |
Pengobatan
Untuk ALL protokol 1a dan 1b.
A. Protokol 1a.
1. Induksi
Sistemik :
* Vincristin ( VCR ) 2 mg/m2/minggu I.V. diberikan 4-6 kali, bila setelah 6 kali tidak remisi dianggap gagal.
* Prednison 40 mg/m2/hari peroral selama 4-6 minggu, kemudian tapering off selama 1 minggu.
SSP :
· Profilaksis: diberikan Metotrexate ( MTX ) intratekal 10 mg/m2/minggu, diberikan 5 kali berturut-turut dimulai setelah pemberian VCR pertama.
· Radiasi : radiasi kranial dengan dosis total 2400 rad, dimulai setelah satu minggu MTX intratekal terakhir.
II. Rumat ( Maintenance ):
a. 6-merkaptopurine (6-MP) dosis 65 mg/m2/hari peroral langsung setelah remisi.
b. Methotrexata (MTX) dengan dosis 20 mg/m2/minggu peroral dibagi dalam 2 dosis, diberikan setelah remisi dan sekurang-kurangnya satu minggu setelah MTX intratecal yang terakhir.
III. Reinduksi :
Diberikan tiap 3 bulan sejak VCR terakhir.
Sistemik :
a. VCR dosis sama dengan induksi, diberikan sebanyak dua kali.
b. Prednison dosis sama dengan induksi diberikan selama 2 minggu ( satu minggu dosis penuh, satu minggu tapering off ).
c. SSP, MTX intratecal dengan dosis sama dengan induksi diberikan dua kali / 2 minggu berturut-turut.
IV. Immunoterapi :
BCG diberikan dua minggu setelah VCR kedua pada reinduksi, pertama dengan dosis 0,6 cc intrakutan, diberikan pada 3 tempat masing-masing 0,2 cc. BCG diberikan 3 kali dengan interval waktu 4 minggu. Selama itu sitostatika maintenance diteruskan.
V. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
B. PROTOKOL I B.
I. Induksi :
6-Merkaptopurine (6-MP) dengan dosis 65mg/m2/hari peroral selama 4-6 minggu.
Prednison 40mg/m2/hari peroral selama 4-6 minggu.
Profilaksis pada SSP bila mungkin seperti pada protokol 1a.
II. Maintenance :
Cyclophosphamide ( CPA ) 250 mg/m2/minggu/oral.
III. Reinduksi.
Tidak diberikan.
IV. Imunoterapi.
Dosis dan cara sama seperti pada protokol 1a.
V. Bila terjadi relaps, diberikan sitostatika sbb:
MTX 20mg/m2/minggu peroral dibagi 2 dosis dan prednison 40 mg/m2/hari peroral. Keduanya diberikan seperti pada induksi pertama ( 4-6 minggu).
VI. Pengobatan dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
C. Protokol Wijaya kesuma (WK ALL 2000)
Terdiri dari :
- Protokol WK ALL 2000 SR (Standar Risk)
- Protokol WK ALL 2000 HR (High Risk)
HR : WBC > 50.000/ul
Massa mediastinum (+)
Leukemia SSP
SR : jika tidak ditemukan gejala di atas
Remisi pada leukemia akut :
1. Bebas dari tanda-tanda leukemia.
2. BMP : Blast kurang dari 5 %
3. Darah tepi : - Tidak dijumpai sel blast leukemik.
- Lekosit > 3000/mm3
- Trombosit > 100.000/mm3
- Hb > 10 g% tanpa transfusi darah.
Sumber: Standar Penatalaksanaan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang
mohon dicopy
BalasHapusterimakasih banyak, sangat membantu sekali...
BalasHapus