Pages - Menu

Selasa, 17 Agustus 2010

Hemofilia


Dasar diagnosa
Perdarahan yang bersifat deep delayed prolonged , akibat kurangnya faktor pembekuan VIII atau IX, biasanya pada anak laki-laki (Sex-linked).
Anamnesa :
·         Perdarahan yang sukar berhenti setelah trauma / operasi
·         Perdarahan pada sendi dan otot.
·         Riwayat / silsilah keluarga dengan hemofilia
Pemeriksaan :
Kebiruan kulit,perdarahan otot, sendi ( deformitas pada sendi )


Laboratorium :
·         Darah tepi : pada saat awal normal (Hb, leukosit, trombosit)
·         Masa perdarahan normal, masa pembekuan memanjang, rumpel leed negatif
·         Plasma Tromboplastin Time ( PTT ) memanjang. Protrombine time ( PT ) & Tromboplastin Time ( TT ) normal .

Pengobatan/penanggulangan
a.       Keadaan emergensi/penderita baru dan jenisnya belum jelas diberikan plasma segar.
b.      Pengobatan khusus tergantung jenis dan derajat hemofilia:        
Hemofilia A diberi Koate
                        Hemofilia B diberi Konine
Bila tidak ada koate dan konine:  Hemofilia A diberi Kriopresipitat
                                                            Hemofilia B diberi plasma segar
c.   Pemberian Koate, secara intravena selama 5-10 menit, dosis sesuai derajat Hemofilia
·         Hemofilia Ringan  : faktor pembekuan 5 – 10%, dosis Koate 10 IU/kgBB, akan meningkatkan faktor VIII sebesar 20%
·         Hemofilia Sedang : faktor pembekuan  1 – 5 %, dosis Koate 15-25 IU/kgBB, akan meningkatkan faktor VIII sebesar 30-50%, dosis maintenans 10-15 IU/kgBB setiap 8-12 jam
·         Hemofilia Berat    : faktor pembekuan  < 1 %, dosis Koate 40-50 IU/kgBB, akan meningkatkan faktor VIII sebesar 80-100%, dosis maintenans 20-25 IU/kgBB setiap 8-12 jam
Pengobatan tergantung derajat hemofilia:
-          Hemofilia berat : tidak menunggu perdarahan,langsung terapi substitusi dengan antihemofilia setiap hari sampai mencapai target faktor pembekuan > 5 %.
-          Hemofilia sedang : tergantung adanya perdarahan terutama perdarahan sendi
Pencegahan perdarahan
-          semua penderita dibatasi aktifitas fisik, dinasehatkan dilarang olahraga yang menyebabkan benturan fisik seperti sepakbola, beladiri, bersepeda
-          cara hidup penderita antara lain: jika sekolahnya bertingkat sebaiknya kelasnya di lantai bawah, di rumah jangan banyak perabot (meja) yang banyak siku-siku, rak buku jangan tinggi sehingga penderita tidak perlu memanjat untuk mengambilnya.

Sumber: Standar Penatalaksanaan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar