Sabtu, 03 Juli 2010

Retinopati Diabetik

Retinopati termasuk salah satu komplikasi mikrovaskuler dari diabetes melitus. Bisa ditemukan sebelum DM-nya sendiri. Retinopati diabetik dapat dibagi diklasifikasikan menjadi tipe proliferatif, nonproliferatif, dan edema makular karena diabetes. Berikut adalah pembagian tipe proliferatif.
  • Tipe nonproliferatif ringan ditandai minimal 1 mikroaneurisma.
  • Tipe nonproliferatif sedang ditandai mikroaneurisma luas, perdarahan intraretinal (flame-shaped hemorrhage), permukaan vena yang tidak rata (venous beading). Dapat ditemukan cotton wool spots.
  • Tipe nonproliferatif berat ditandai dengan adanya cotton wool spots, venous beading, dan abnormalitas mikrovaskuler intraretinal. Yang membedakan berat dan sedang adalah adanya perdarahan intraretina di ke-4 kuadran, venous beading di 2 kuadran, atau abnormalitas mikrovaskuler intraretinal di 1 kuadran. Yang membedakan tipe proliferatif dan nonproliferatif adalah adanya neovaskularisasi pada retina atau adanya perdarahan vitreous.
Tipe proliferatif
Tipe proliferatif dini ditandai terlihatnya pembuluh darah baru pada optic disc atau di retina sekitarnya.

Tipe proliferatif lanjut
Tipe proliferatif lanjut, jika ditemukan satu dari tiga kondisi berikut:
  • Terlihat neovaskuler optic disc, >1/3 diameter optic disc
  • Adanya neovaskuler optic disc yang berkaitan langsung dengan perdarahan vitreous
  • Adanya neovaskuler di retina >½ diameter optic disc dan berkaitan langsung dengan perdarahan vitreous.

Retinopati diabetik tipe nonproliferatif sedang.

  1. Perdarahan flame-shaped
  2. Soft exudate
  3. Cotton wool spots
  4. Mikroaneurisma
    Keluhan pasien (sama antara retinopati hipertensif dan retinopati diabetik) umumnya adalah skotoma sentralis yang didahului buta senja karena gangguan fungsi makula.

    Tindakan untuk pasien retinopati diabetik tergantung dari tipenya.
    • Untuk tipe nonproliferatif berat, ada baiknya terapi diberikan sebelum penyakit berkembang menjadi proliferatif.
    • Untuk edema makular, cukup dimonitor ketat tanpa terapi laser fotokoagulasi; kecuali jika sudah cukup besar. Edema fokal memerlukan terapi laser fokal dan edema difus memerlukan laser grid. Untuk edema makular sering dipakai laser argon.
    • Untuk tipe proliferatif, neovaskularisasi dapat dicegah dengan injeksi triamsinolon atau anti-VEGF (penghambat pembentukan pembuluh darah baru) secara intravitreal (khususnya yang sudah perdarahan intravitreal). Setelah itu, dilakukan fotokoagulasi laser panretinal (PRP). Tindakan ini masih merupakan pilihan utama karena dapat menurunkan angka kebutaan akibat retinopati diabetik sampai dengan 50%. Tindakan lanjutan vitrektomi dapat dilakukan kemudian.

    Pencegahan dilakukan dengan mengendalikan hiperglikemia, hipertensi, dan hiperkolesterolemia (untuk dua kondisi terakhir, jika ada).

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar