1. Batasan
Respons abnormal seseorang terhadap obat atau bahan metabolitnya melalui reaksi imunologik (reaksi hipersensitivitas), yang terjadi selama atau setelah pemakaian obat.
2. Etiologi
Jenis obat penyebab alergi sangat bervariasi dan berbeda menurut waktu serta tempat dan jenis penelitian yang dilaporkan.
Obat-obatan yang sering terlibat dalam reaksi alergi yaitu:
- Aspirin dan antiinflamasi non steroid lainnya, antibiotik golongan β- laktam, sulfonamid, Antituberkulosis, nitrofurantoin, anti malaria, griseofulvin, anti konvulsan, Anestesia umum, enzim (kimopapain, asparaginase, streptokinase), neuroleptik, Hidralazin, metildopa, kuinidin, prokainamid, media radio kontras, anti sera dan vaksin, alopurinol, penisilamin, antitiroid, fenolftalein,
- Kelompok antibiotik yang mengandung β- laktam:
Penisilin |
Penisilin G |
Penisilin V |
Metisilin |
Oksasilin |
Nafsilin |
Ampisilin |
Amoksisilin |
Karbenisilin |
Tikarsilin |
Kloksasilin |
Patogenesis
Reaksi hipersensitivitas tipe I s/d IV
Manifestasi Klinis
· Manifestasi klinis sangat bervariasi dapat ringan sampai berat, tidak spesifik untuk obat-obat tertentu dan berbeda pada seseorang dengan orang lain
· Erupsi kulit merupakan gejala yang tersering: pruritus, urtikaria, purpura, dermatitis kontak, eritema multiformis, eritema nodosum, erupsi obat fixtum, reaksi fotosensitif , atau gejala lebih berat: dermatitis eksfoliatif dan erupsi vesikobulosa seperti sindroma Steven Johnson
· Reaksi anafilaksis
· Demam
· Gejala penyakit “serum sickness”: demam, arthralgia, mialgia, neuritis, efusi sendi, urtikaria, erupsi makulopapular, edema (biasanya timbul 1 – 3 minggu setelah terpajan, gejala menghilang dalam beberapa hari sampai minggu)
· Gejala sistemik: demam, LES medikamentosa, vaskulitis --> dapat lebih berat disertai limfadenopati, sesak nafas, edema angioneurotik sampai kadang-kadang nefritis dan karditis. Dapat terjadi kelainan hematologik, kelainan organ seperti: hati, paru, ginjal, jantung.
Kriteria Diagnosis
· Apabila reaksi hanya terjadi pada sebagian kecil dari mereka yang mendapat obat
· Adanya periode laten antara pemberian obat dan timbulnya gejala klinis (umumnya 7 – 10 hari) setelah obat diberikan. Pada penderita yang telah tersensitasi sebelumnya, reaksi akan timbul lebih cepat dan berat.
· Manifestasi klinis dapat terjadi walaupun dengan pemberian obat dalam dosis rendah, dan bila pernah terjadi, reaksi semacam akan terulang bila diberi obat yang sama. Manifestasi yang terjadi tidak sama dengan efek farmakologik obat yang diberikan.
Sistemik
Drug fever
Anafilaksis
Serum sickness syndrome
Drug induced lupus syndrome
Manifestasi pada paru: Drug induced astma
Manifestasi hematologik : Drug induced hemolytic anemia, trombositopenia, granulositopenia, eosinofilia
Manifestasi pada hepar : kolestasis intrahepatik dan nekrosis sel hepar
Manifestasi jaringan kolagen, vaskular
Nefropati : glomerulonefritia dan nefritis interstitial
Manifestasi neurologik
Kulit
Gambaran yang eritematosus
Urtikaria dan/angioedema
Dermatitis kontak
Fixed drug eruption
Eritema multiforme
Sindroma Steven – Johnson (eritema multiforme mayor)
Toxic epidermal necrolysis
Kelainan fotodermatitis
· Gejala klinis biasanya berkurang dalam 3 – 5 hari setelah obat dihentikan
· Adanya antibodi atau limfosit T yang berhubungan dengan obat atau metabolitnya,
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus (eksantem subictum/roseola infantum)
Reaksi anafilaktoid
Lupus eritematosus sistemik oleh sebab lain
Dermatitis atopik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Uji Coomb untuk penderita anemia
Antibodi IgE total serum
Antibodi IgE spesifik dalam RAST (radioallergosorbent test)
Antibodi IgM dan IgE spesifik
Antibodi Antinuklear (ANA) pada SLE yang diduga diinduksi oleh obat-obatan
Uji kulit
Uji tusuk (Prick test/Scratch test)
Uji tempel (Patch test)
Uji provokasi
Penyulit
Kolaps kardiovaskular: hipotensi, syok dan koma
Obstruksi saluran pernapasan
Kerusakan hepar irreversibel
Kelainan ginjal
Kelainan saraf pusat dan perifer
Infeksi pada kelainan kulit yang luas dan berat
Terapi
· Penghentian Obat
Jika mungkin semua obat dihentikan kecuali obat yang memang perlu dan tidak dicurigai sebagai penyebab alergi. Jika obat harus tetap diberikan, sedangkan reaksi alerginya berat, maka obat yang dicurigai diganti dengan obat alternatif lain yang berasal dari golongan yang berbeda. Bila obat tersebut sangat penting dan alternatif tidak ada dapat diberikan obat dari golongan yang sama dengan struktur kimia yang berbeda.
· Simtomatik
Manifestasi klinis ringan umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus.
Untuk pruritus dan urtikaria --> antihistamin
Untuk dermatitis kontak --> kortikosteroid topikal
Jika kelainan cukup berat --> adrenalin
Kortikosteroid harus diberikan pada reaksi sistemik yang berat
· Suportif
Pengobatan suportif diperlukan untuk menjaga kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit
· Desensitisasi
Oral dan parenteral
Pencegahan
Anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat sebelumnya penting, terutama bila mempunyai riwayat atopi. Perlu dibuat surat keterangan tentang alergi obat tertentu.
Pemakaian obat hendaknya dengan indikasi yang kuat, hindarkan obat yang dikenal sering menimbulkan alergi.
Cara pembuatan obat harus diperbaiki dengan mengurangi dan menghilangkan bahan yang potensial dapat menjadi penyebab alergi.
Uji kulit
Jika alergi terhadap obat tertentu, maka harus dipertimbangkan pemberian obat lain yang tidak memberikan reaksi silang dengan obat yang dicurigai. Jika obat sangat diperlukan sedangkan obat alternatif tidak ada, dapat dilakukan desensitisasi.
Prognosis
Dengan penatalaksanaan adekuat maka prognosisnya baik, bahkan pada kasus berat angka kematian dilaporkan 1 : 10.000 kejadian, tetapi sindroma Stevens – Johnson dan toxic epidermal necrolysis keterlibatan organ visera mempunyai prognosis yang buruk, dengan angka kematian masing-masing dapat meningkat sampai 5 – 15% dan 30 – 40%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar