Sabtu, 14 Agustus 2010

Alergi Makanan


1.   Batasan
Adalah suatu kumpulan gejala yang melibatkan banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan, berupa reaksi imunologik yang menyimpang, yang merupakan kombinasi keempat tipe reaksi hipersensitivitas menurut Gell and Comb’s.

2.   Faktor Etiologi
Terdapat 3 faktor penyebab alergi makanan, yaitu :
-    Faktor genetik
Anak yang salah satu orang tuanya atopi, kemungkinan terjadi alergi 17-29%. Bila kedua orang tunya atopi kemungkinan alergi 53-58%. Anak dengan HLA-BB cenderung mendapat alergi.
-    Faktor imaturitas usus
-  Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung terhadap masuknya alergen kedalam tubuh.
-   Secara kimiawi; asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi alergen.
-   Secara imunologik SIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propria dapat menangkal  alergen masuk ke dalam tubuh.
-    Pajanan alergen
-    Dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan
-    Pemberian PASI pada bayi cenderung meningkatkan angka kejadian alergi.
-    Eliminasi telur, susu dan ikan laut pada ibu yang menyusui selama 3 bulan pertama mengurangi sensitivitas selama 3 bulan berikutnya dan menurunkan dermatitis atopik 6 bulan berikutnya.
-    Pajanan alergen tergantung juga pada kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
-    Faktor pencetus: bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya gejala alergi, dapat berupa faktor fisik, faktor psikis atau beban latihan.

3.  Patofisiologi
Makan --> pajanan alergen --> gangguan integritas mukosa usus --> absorpsi molekul alergen (protein, glikoprotein atau polipetida dengan berat molekul > 18.000 dalton, tahan panas, tahan enzim proteolitik) pada orang yang sensitif (faktor genetik) --> reaksi alergi yang muncul dapat berupa satu atau lebih reaksi.
-    Reaksi cepat (rapid onset reaction), terjadi berdasarkan reaksi hipersensitivitas tipe I fase cepat.
-    Reaksi lambat (delayed onset reaction), terdapat 4 kemungkinan, yaitu :
-    Reaksi hipersensitivitas tipe I fase lambat
-    Reaksi hipersensitivitas tipe II
-    Reaksi hipersensitivitas tipe III
-    Reaksi hipersensitivitas tipe IV



4.  Manifestasi Klinis
Bervariasi berdasarkan target organ :
-  Pada saluran cerna : dapat berupa gatal pada bibir, mulut, faring, sembab tenggorokan, muntah-muntah, nyeri perut, kembung, mencret, perdarahan usus, protein-lossing enteropathy.
-   Pada saluran nafas : dapat berupa rinitis, asma bronkial atau batuk kronik berulang.
-   Pada kulit, manifestasi klinik berupa : urtikaria, angiodema, atau dermatitis atopik.
-   Pada kardiovaskular alergi makanan dapat menimbulkan anafilaksis, berupa :
-   Anafilaksis yang diinduksi makanan.
-  Anafilaksis yang diinduksi latihan dan tergantung makanan (food dependent exercise induced anaphylaxis) : gejala anafilaksis timbul setelah makanan suatu alergen dan kemudian diikuti latihan fisik.

5.  Prognosis
-    Pada prinsipnya alergi tidak bisa disembuhkan
-   Dermatitis atopik akan berkurang pada usia 12 tahun, 50-80% organ sasaran akan berpindah, manifestasi alergi berubah menjadi rinitis alergika dan asma.
-   Alergi makanan yang mulai pada usia kurang dari 3 tahun, prognosisnya lebih baik + 40% mengalami grow-out.
-   Anak yang mengalami alergi pada usia 15 tahun ke atas cenderung untuk menetap.

6.  Komplikasi
-   Faillure to thrive
-   Penyakit atopi kronis seperti asma bronkial, dermatitis atopik.

7.  Diagnosis
Dasar diagnosis
-   Diagnosis alergi makanan adalah diagnosis klinis yang dibuktikan dengan eliminasi dan provokasi makanan.
-   Makanan tersangka dieliminasi selama 2-3 minggu ® jika gejala hilang atau berkurang, dilakukan provokasi dengan makanan tersebut :
-   Jika makanan berupa cairan/makan lumat dapat diberikan bersama-sama dengan cairan juice (air jeruk), atau disembunyikan dalam bubur.
-   Jika anak usia > 6 tahun, maka bahan makanan dihaluskan jadi bubur ® masukkan dalam kapsul (dosis terkecil 50 mgr, dinaikkan tiap-tiap 30 menit, jika tidak ada gejala setelah dosis 8 gram berarti makanan tersebut bukan alergen penyebab). Provokasi tidak dilakukan jika gejala yang timbul anafilaksis dan edema laring.
-   Diagnosis dapat didukung melalui pemeriksaan :
-   Uji kulit : dapat dilakukan uji gores (scratch test), uji suntik intradermal (intra dermal test) dan uji tusuk kulit (prick test).
-    Hemoglobin dan hematokrit yang rendah sering ditemui  pada alergi susu sapi.
-    Pemeriksaan IgE spesifik (RAST) yang hanya dikerjakan atas indikasi saja.

Langkah Diagnosis

-    Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik
-    Eliminiasi dan provokasi makanan yang dicurigai

Indikasi rawat

Gejala berat seperti edema laring, reaksi gastrointestinal yang berat dan anafilaksis.

8.  Penatalaksanaan
-  Menghentikan makanan penyebab dan memberikan makanan pengganti. Pada bayi/anak yang masih mendapat ASI, ibunya jangan mengkonsumsi makanan yang alergenik.
-   Pengobatan simtomatis  ditujukan pada manifestasi klinisnya (urtikaria, diare, rinitis, asma, angiodema, anaflaksis, dan lain-lain)
-   Urtikaria, pruritus, eritema dan rinitis diberikan antihistamin peroral, dipakai hidroksizin dosis 1 mg/kgBB 2 kali sehari, atau difenhidramin 1 mg/kgBB/kali 4 kali sehari.
-   Jika kelainannya cukup luas dan timbulnya cepat seperti angiodema, diberikan adrenalin 0,01 cc/kgBB mula-mula subkutan (max. 0,3 cc). Jika perlu diulang sampai 2 kali selang 15 menit, kemudian dilanjutkan antihistamin peroral.
-   Jika terjadi sitopenia atau vaskulitis diberikan kortikosteroid, prednison dosis 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Jika klinis telah membaik ditapering secara cepat, biasanya 3 hari.
-   Jika terjadi asma bronkial, diberikan bronkodilator (seperti teofilin, salbutomal) --> standar penatalaksanaan asma bronkial
-   Anafilaksis : 
    - Penderita dibaringkan terlentang, kepala dalam posisi ekstensi, jika perlu          oksigen. Beri adrenalin 1:1000, dosis 0,01 cc/kgBB/kali IM, bila perlu ulangi dengan interval 15-30 menit. 
    - Jika terjadi obstruksi jalan nafas dipasang alat nafas buatan (gudel) atau           terakeostomi. Tanda-tanda vital dimonitor terus (TD, Nadi, RR). 
   - Jika tidak ada perbaikan tanda-tanda vital (TD masih rendah) pasang IVFD denganRinger laktat atau NaCI 0,9% + glukosa 5% dengan perbandingan 1:4, dikocor sampai syok teratasi. 
   - Bronkospasme dihilangkan dengan memberi aminofilin 3-4 mg/kgBB IV  (pelan-pelan, diencerkan dulu) 
   - Untuk menekan reaksi dipersensitifitas tipe I fase lambat diberi hidrokortison 7-10 mg/kgBB I.V, dilanjutkan 5 mg/kgBB (tiap 6 jam I.V) 
   - Pengobatan selanjutnya ditujukan pada komplikasi yang terjadi --> jika perlu dirawat di ICU.

9.  Tindak Lanjut
-   Menghindari makanan penyebab
-   Pada anak yang mendapat alergi makanan pada usia < 3 tahun, sebaiknya dicobakan lagi, karena adanya kemungkinan mengalami grow out dengan bertambahnya usia.

Sumber: Standar Penetalaksanaan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar