Pages - Menu

Rabu, 04 Agustus 2010

Terapi Cairan dan Tranfusi - Konsep Utama

  1. Walaupun waktu paruh cairan kristaloid didalam intravascular adalah 20-30 menit, kebanyakan     cairan koloid mempunyai waktu paruh antara 3-6 jam.
  2. Pasien dengan hematocrit normal bisanya ditransfusi hanya setelah kehilangan darah lebih dari 10-20% dari volume darahnya. Ini berdasarkan kondisi medis pasien dan prosedur pembedahan.
  3. Reaksi transfusi yang paling berat yaitu yang berhubungan dengan inkompatibilitas ABO, antibody yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen dalam transfusi (asing), mengaktifkan komplemen,dan mengakibatkan hemolysis intravascular/
  4. Pada pasien yang dianestesi, manifestasi dari reaksi hemolytic akut adalah kenaikan temperatur, tachycardia yang tak dapat dijelaskan,hypotensi, hemoglobinuria dan oozing difus dari lapangan operasi.
  5. Transfusi leukocit termasuk produk darah dapat menjadi immunosuppressive.
  6. Pasien immunosupresi dan immunocompromised (misalnya, bayi premature dan  penerima transplantasi organ) terutama  peka  terhadap infeksi cytomegalovirus  (CMV) melalui transfusi. Seperti pasien yang hanya menerima unit CMV-NEGATIVE.
  7.  Penyebab tersering pendarahan dari transfusi darah yang massif adalah dilutional  thrombocytopenia.
  8. Secara klinis hypocalcemia, menyebabkan depresi jantung, tidak terjadi pada pasien   normal kecuali jika transfusi melebihi 1 U tiap 5 menit.
  9. Ketidakseimbangan asam basa yang paling sering setelah transfusi darah masif adalah  alkalosis metabolic post operative.


Semua pasien kecuali mereka yang mengalami prosedur pembedahan minor sebaiknya dipasang infus dan  terapi cairan intravena.. Beberapa pasien dapat memerlukan transfusi darah atau komponen darah. Pemeliharaan volume intravascular normal adalah sangat penting  pada perioperative. Anestesiologis harus bisa menilai volume cairan  intravascular dengan akurat dan menggantikan defisit cairan dan elektrolit. Kesalahan dalam penggantian cairan atau transfusi dapat mengakibatkan kematian.

Referensi:
Referensi: Morgan, G. Edward. 2005. Clinical Anesthesiology, 4th Edition. Mc Graw-Hill Companies, Inc. United State. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar